• Senin, 22 Desember 2025

Peneliti BRIN Ingatkan Prabowo Bakal Ada Krisis Air Bersih di IKN

Photo Author
- Jumat, 3 Oktober 2025 | 03:00 WIB
Peneliti BRIN prediksi IKN akan mengalami krisis air bersih. (Otorita IKN)
Peneliti BRIN prediksi IKN akan mengalami krisis air bersih. (Otorita IKN)

KONTEKS.CO.ID – Periset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memprediksi pemerintah akan menghadapi tantangan ketersediaan air bersih di Ibu Kota Nusantara (IKN).

Hasil riset BRIN melalui pendekatan artificial neural network (ANN) menunjukkan, hanya 0,5% air yang tersedia secara langsung di permukaan. Sekitar 20% tersimpan dalam vegetasi, dan sisanya 79% merupakan kawasan non-air berupa lahan terbangun.

Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Organisasi Riset Kebumian dan Maritim BRIN, Laras Tursilowati, mengungkapkan, kondisi ini perlu menjadi perhatian serius dari Presiden Prabowo Subianto.

Baca Juga: Harga Tiket MotoGP Mandalika 2025 Mulai Rp150 Ribu, Ini Rincian Lengkap dan Jadwal Balapan

Sebab pemerintah menargetkan IKN sebagai ibu kota politik pada 2028. “Hasil ini bisa dianggap sebagai warning bagi pemangku kebijakan. Air yang benar-benar terlihat di permukaan hanya 0,5%. Angka ini tentu jauh dari ideal untuk menopang kebutuhan kota,” ungkap Laras dalam Media Lounge Discussion (MELODI) BRIN, Kamis 2 Oktober 2025.

Hasil Kajian Data Satelit

Kajian berbasis data satelit dengan metode ANN ini mencapai akurasi hingga 97,7% sehingga dapat menjadi acuan awal bagi perencanaan pembangunan IKN.

Laras menjelaskan, kondisi geografis Kalimantan sebenarnya memiliki curah hujan yang cukup. Namun, air hujan banyak yang langsung hilang sebagai limpasan (runoff) karena minimnya vegetasi penyerap dan keterbatasan infrastruktur penampung air.

“Saat terakhir ke IKN, terlihat sudah ada danau buatan. Namun, volumenya masih sangat kecil untuk menopang kebutuhan jangka panjang. Air permukaan memang sedikit sehingga harus ada strategi untuk memperbanyak cadangan melalui embung atau waduk kecil,” jelasnya.

Baca Juga: Kalah Beruntun, Mantan Kapten Liverpool Kritik Keras Permainan The Reds

Selain itu, karakteristik tanah, keberadaan rawa dan gambut, serta tingginya tingkat pembangunan lahan non-hijau memperbesar risiko kelangkaan air.

Air gambut misalnya, sulit dimanfaatkan langsung sebagai air bersih tanpa proses pengolahan khusus.

Usulan Solusi Mulai Hutan Kota hingga Sponge City

Menurut Laras, pemerintah perlu mengadopsi konsep tata kelola kota yang ramah lingkungan. Salah satu langkah yang ia usulkan adalah pembangunan hutan kota di kawasan IKN.

“Hutan kota berfungsi sebagai penyangga ekologi, penyerap air hujan, dan sekaligus meningkatkan kenyamanan termal. Saat ini kawasan masih terasa sangat gersang dan panas,” jelasnya.

Baca Juga: Aktivis Gerakan Nurani Bangsa Desak Reformasi Polri Jangan Hanya Teknis Belaka, Kultur dan Struktur Kepolisian Juga Wajib Dilibas!

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Iqbal Marsya

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X