• Senin, 22 Desember 2025

Reza Indragiri Sebut Tradisi 'Urut Kacang' Hambat Reformasi, tapi Jadi Kunci Stabilitas Polri

Photo Author
- Minggu, 28 September 2025 | 13:45 WIB
Reza Indragiri. (Tangkapan Layar Kanal Youtube Hendri Satrio Official)
Reza Indragiri. (Tangkapan Layar Kanal Youtube Hendri Satrio Official)

KONTEKS.CO.ID - Proses pemilihan Kapolri baru menempatkan Presiden Prabowo Subianto dalam sebuah dilema fundamental antara dua sistem yang saling bertentangan, yakni merit system dan "urut kacang" atau sistem senioritas.

Menurut psikolog forensik Reza Indragiri Amriel, pilihan apa pun yang diambil akan memiliki risiko yang sama besarnya bagi masa depan institusi Polri.

Reza menyoroti adanya sifat mendua di internal Polri. Di satu sisi, banyak anggota yang mengeluhkan vakumnya merit system, di mana promosi tidak didasarkan pada kinerja dan potensi, melainkan cenderung pukul rata.

Baca Juga: Tragis! Remaja Cantik Tewas Usai Implan Payudara, Sang Ayah Bongkar Fakta Mengejutkan

"Idealnya mereka-mereka yang punya potensi lebih baik, punya kinerja lebih positif, mereka harus lebih maju karirnya," jelas Reza dalam video yang tayang di kanal Youtube Hendri Satrio Official pada Jumat, 26 September 2025.

Namun, di sisi yang lain, ketika merit system diterapkan dan ada perwira berprestasi yang "melompat" mendahului seniornya, hal itu justru dipersoalkan karena dianggap mengganggu tradisi "urut kacang".

Langkah ini dikhawatirkan dapat menciptakan destabilisasi internal. Hal ini merujuk pada kritik yang dilontarkan Megawati Soekarnoputri terkait pengangkatan Kapolri sebelumnya yang melompati beberapa angkatan.

Baca Juga: Peneliti Jepang Terima Nobel Gegara Mengecat Kulit Sapi seperti Zebra, Efektif Lindungi dari Gangguan Lalat

"Berarti yang mana sebetulnya mau dipilih?" tanya Reza retoris. Dilema inilah yang harus dihadapi Presiden Prabowo.

Memilih berdasarkan merit system akan mendatangkan maslahat lebih besar bagi masyarakat, karena menempatkan figur paling kompeten di pucuk pimpinan. Namun, langkah ini berisiko mengguncang soliditas internal Polri.

Sebaliknya, memilih berdasarkan "urut kacang" demi menjaga stabilitas dan tradisi internal, berisiko menempatkan pemimpin yang mungkin kurang kompeten atau tidak memiliki visi reformasi yang kuat.

Baca Juga: Gunung Merapi Kembali Menggeliat, Muntahkah 88 Kali Guguran Lava dalam Sepekan

Pilihan ini juga bisa diartikan sebagai pengabaian terhadap prinsip profesionalisme. Menurut Reza, karena negara belum konsisten dalam memilih antara dua sistem ini, proses pemilihan Kapolri menjadi isu yang sangat rumit dan tidak bisa dipandang sebelah mata.

Pada akhirnya, pilihan Presiden Prabowo akan menjadi cerminan dari prioritas utamanya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rat Nugra

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X