• Minggu, 21 Desember 2025

Tom Lembong Soal 17 Plus 8 Tuntutan Rakyat: Sebutir Beras yang Bisa Jadi Gelombang Besar

Photo Author
- Sabtu, 13 September 2025 | 17:00 WIB
Tom Lembong: 17 plus 8 tuntutan rakyat, awal perubahan. (Instagram @tomlembong)
Tom Lembong: 17 plus 8 tuntutan rakyat, awal perubahan. (Instagram @tomlembong)

KONTEKS.CO.ID - Eks Menteri Perdagangan RI, Thomas Trikasih Lembong atau akrab disapa Tom Lembong, ikut menanggapi soal 17 plus 8 tuntutan rakyat yang muncul usai aksi demonstrasi besar pada akhir Agustus 2025.

Tuntutan itu sendiri lahir sebagai rangkuman aspirasi massa, salah satunya terkait perubahan sistem pemerintahan Indonesia. Sejak kemunculannya, wacana ini terus jadi bahan perbincangan publik, termasuk di kalangan pengamat politik.

Menurut Tom Lembong, aspirasi tersebut tak bisa dianggap remeh. Ia menilai bahwa tuntutan 17 plus 8 bisa menjadi langkah awal menuju perubahan besar dalam sistem pemerintahan.

Baca Juga: Biodata Fitria Yusuf: Putri Jusuf Hamka, Pebisnis Multitalenta Terseret Dugaan Korupsi Tol CMNP

Pandangan Tom Lembong

Dalam siniar YouTube Raymond Chin, Jumat 12 September 2025, Tom menyampaikan optimisme terhadap gerakan masyarakat tersebut.

“Saya melihat 17 plus 8 tuntutan rakyat, itu langkah awal yang baik. Tentu, setelah langkah pertama, akan ada langkah kedua, ketiga, dan keempat,” ujarnya.

Ia menegaskan, perubahan tidak bisa terjadi secara instan, melainkan butuh tahapan yang konsisten. Suara masyarakat, peran audiens, dan dukungan teknologi disebutnya sebagai modal penting untuk menciptakan perbaikan.

“Mari kita mulai dari mana kita berada, lalu gunakan apa yang kita miliki. Kalau dilakukan terus-menerus, perubahan itu akan terjadi dengan sendirinya,” tambahnya.

Baca Juga: Alwi Farhan Gugur di Perempat Final Hong Kong Open 2025, Akui Kalah Pengalaman dari Chou Tien Chen

Analogi Sebutir Beras

Untuk memperjelas pandangannya, Tom mengibaratkan proses perubahan seperti kisah klasik dalam papan catur.

Dalam ceritanya, seorang penasihat kerajaan meminta hadiah sederhana: satu butir beras di kotak pertama, dua di kotak kedua, empat di kotak ketiga, dan seterusnya. Awalnya terlihat kecil, tetapi seiring waktu jumlahnya berlipat ganda hingga membuat kerajaan kewalahan.

“Petugas kerajaan panik, bilang ke raja, satu kerajaan kita tidak cukup untuk memenuhi permintaan sebutir beras itu,” tutur Tom.

Menurutnya, cerita itu menjadi gambaran bagaimana perubahan kecil yang konsisten bisa menghasilkan dampak besar dan tak terbendung.

Baca Juga: Eko Patrio Ngontrak di Pinggiran Jakarta Usai Rumah Dijarah: Boro-Boro Kabur ke Luar Negeri

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rat Nugra

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X