• Senin, 22 Desember 2025

BMKG Sebut Aktivitas Sesar Lembang Meningkat, Ini Potensi Bahaya yang Mungkin Terjadi

Photo Author
- Rabu, 20 Agustus 2025 | 09:19 WIB
Ilustrasi (Foto: Pexels)
Ilustrasi (Foto: Pexels)

KONTEKS.CO.ID - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap terjadi peningkatan aktivitas kegempaan pada Sesar Lembang segmen barat.

BMKG mengimbau agar masyarakat di Jawa Barat senantiasa mewaspadai kemungkinan dampak fenomena alam tersebut.

“Kami ingatkan segmen barat Sesar Lembang terjadi peningkatan aktivitas seismik,” ujar Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono, Rabu, 20 Agustus 2025.

Baca Juga: Gempa Bumi Terkini Magnitudo 5,2 Guncang Bitung Sulut, BMKG Sebut Tak Berpotensi Tsunami

Berdasarkan hasil monitoring BMKG, terpantau sejak 24 Juli 2025 Sesar Lembang mengalami peningkatan aktivitas kegempaan, khususnya segmen Cimeta (barat).

Deretan gempa tersebut dirasakan warga dengan kekuatan bervariasi, yaitu M1,8 yang terjadi pada 24 Juli 2025, M2,1 pada 28 Juli 2025, M1,9 pada 14 Agustus 2025, kekuatan M1,8 pada 15 Agustus 2025, dan kekuatan M2,3 yang terjadi pada 19 Agustus 2025. Sedangkan pada Selasa, 19 Agustus 2025, pukul 11.41 WIB, BMKG pun mencatat terjadi gempa berkekuatan M2,3.

Koordinat gempa terjadi di 6,82 LS-107,49 BT dengan pusat berada di darat, 9 km barat laut Kota Cimahi dan di kedalaman 10 km. Gempa ini masuk kategori gempa dirasakan, dengan skala II-III (lemah) di Bandung Barat.

“Sesar Lembang adalah sesar aktif, sehingga kapan saja bisa rilis. Fenomena seperti ini yang dikhawatirkan adalah gempa pembuka (foreshocks),” tuturnya.

Baca Juga: Desa Tangkura Paling Terdampak Gempa Poso Magnitudo 5,8

Ia mencontohkan kasus gempa merusak yang pernah terjadi pada 28 Agustus 2011. Kala itu gempa kuat dengan magnitudo M3,3 juga dipicu oleh aktivitas Sesar Lembang segmen Cimeta. Gempa tersebut mengakibatkan 103 rumah warga di Kampung Muril Rahayu, Desa Jambudipa, Kecamatan Cisarua, Bandung Barat rusak.

“Gempa ini magnitudonya kecil tapi merusak karena hiposenter gempanya dangkal, tanahnya lunak, akan makin berdampak jika struktur bangunannya lemah,” terang Daryono.

Kendati demikian, dirinya tak dapat memastikan apakah peningkatan aktivitas yang terjadi saat ini berpotensi memicu gempa besar.

“Saya tidak katakan peningkatan aktivitas ini akan muncul gempa kuat, karena belum dapat diprediksi kapan gempa besar akan terjadi,” tandasnya.***

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rizki Adiputra

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X