Kunjungan ini, menurut Sasandra, tidak lepas dari campur tangan Amerika yang saat itu disebut memiliki misi untuk meredam radikalisme Islam di Indonesia.
Pembangunan infrastruktur di Papua, termasuk program food estate yang gencar dilakukan di era Jokowi, juga tak luput dari kritik.
Pembangunan ini dianggap sebagai bumerang karena menggunakan tanah adat dan ulayat tanpa dialog dengan masyarakat setempat, berpotensi memicu konflik di masa depan.
Baca Juga: Aipda Eka Disanksi Polda Bali Gara-Gara Intimidasi Jurnalis, Ada Peran Pacar Wartawan Gadungan?
Di sisi lain, Prabowo Subianto disebut-sebut masih sangat menginginkan Gibran sebagai wakil presiden.
Sasandra berpandangan bahwa Prabowo ingin melindungi Gibran dan menjadikannya "tameng" agar sorotan publik selalu terfokus pada Gibran, bukan pada presiden.
Namun, ada keraguan Prabowo menempatkan Gibran di Papua, mengingat latar belakang masa lalu Jokowi terkait dokumen referendum Papua Barat.
Baca Juga: Beras Oplosan? Daftar 14 dari 26 Merek Beras Premium Terindikasi Curang, Salah Satunya Wilmar Group
Penugasan Gibran ke Papua juga dilihat sebagai upaya Prabowo untuk memberikan legitimasi agar Gibran terlihat bekerja dan menutupi kekurangan wawasannya.
Pasalnya, Gibran dinilai tidak bekerja secara efektif dalam tugas-tugas kenegaraan yang diemban sebelumnya.
Sasandra juga mengamati adanya perubahan karakter politik pada Prabowo. Dari yang sebelumnya over confident, kini Prabowo cenderung peragu dan takut kehilangan sesuatu.
Sikap ini, menurutnya, akan dibayar mahal oleh Prabowo dan seluruh rakyat Indonesia.***
Artikel Terkait
Sebut Pembantu Presiden, Wapres Gibran: Saya Bisa Berkantor di Mana Saja, Jakarta, IKN, Papua
Gibran: Penugasan soal Papua Bukan Hal Baru, Sudah Sejak Wapres Ma'ruf Amin
Istana Bantah Presiden Prabowo Tugaskan Wapres Gibran Berkantor di Papua
Jokowi Dukung Gibran Bertugas di Papua: Di Mana Pun Harus Siap
Jokowi Dukung Prabowo Tugaskan Wapres Gibran ke Mana Saja, Termasuk Ngantor di Papua