• Senin, 22 Desember 2025

Tambang Nikel Menggerus Hutan Rumah Suku Adat di Indonesia

Photo Author
- Kamis, 5 Juni 2025 | 09:15 WIB
Ilustrasi tambang nikel (Freepik)
Ilustrasi tambang nikel (Freepik)

Tenaga kerja pertambangan telah lebih dari dua kali lipat sejak 2020 menjadi hampir 30.000 orang.

Penduduk setempat mengatakan sebagian besar dari mereka adalah orang luar yang kedatangannya memicu ketegangan dan bertepatan dengan meningkatnya kasus penyakit pernapasan dan HIV/AIDS.

Menara smelter mengeluarkan awan buatan yang terlihat dari kilometer jauhnya.

"Perusahaan pertambangan belum menerapkan praktik yang baik, telah melanggar hak asasi manusia dan jarang ada evaluasi," kata Adlun Fiqri, juru bicara Save Sagea.

Di dalam hutan, cerita serupa juga terjadi, menurut anggota suku Hongana Manyawa bernama Ngigoro, yang keluar dari kehidupan terasing sejak kecil.

“Jauh sebelum tambang ada, hidup di hutan itu sangat tenang dan menyenangkan,” ujar pria berusia 62 tahun itu sambil menandai jalurnya dengan torehan parang di batang pohon.

Ngigoro masih merasa nyaman tinggal di hutan, menggunakan daun untuk berteduh dan rebung untuk merebus air.

“Tidak ada kerusakan. Mereka tidak takut apa pun,” katanya.

Ia dengan lincah menuruni lereng curam sambil berpegangan pada akar pohon, lalu menyeberangi dasar sungai yang dipenuhi garnierit—bijih nikel berwarna hijau.

“Tanah ini milik Hongana Manyawa,” katanya. “Mereka sudah tinggal di hutan hujan ini bahkan sebelum negara ada. Jadi pergi dari sini.”

Sentimen itu bergema di berbagai tempat di Halmahera. Sedikitnya 11 orang adat baru-baru ini ditangkap karena memprotes aktivitas tambang di bagian timur pulau itu, menurut Amnesty International.

Meski telah “terhubung” dengan dunia luar, Bokum dan Nawate jarang bertemu dengan orang asing.

Mereka mendekat dengan ragu, dan Nawate sama sekali enggan berbicara, hanya menatap pengunjung dengan senyum hati-hati.

Bokum menceritakan ia telah berpindah tempat sedikitnya enam kali untuk menghindari para penambang yang terus mendekat.

LSM khawatir operasi tambang itu dapat memusnahkan komunitas mereka.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ari DP

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X