Baca Juga: Petisi Alumni ITB soal MoU dengan PIK 2: Tolak Kerja Sama dan Minta Maaf secara Terbuka
Kaleka telah bekerja untuk keberlanjutan pala selama sekitar delapan tahun. Pala bukan sekadar komoditas. Bagi masyarakat adat, pala Papua adalah kehidupan.
Pemanfaatan seluruh bagian pala, termasuk kulit dan biji, juga menghasilkan produk turunan F&B yang baru seperti sirup, manisan untuk supermarket dan cafe di Fakfak sampai produk kosmetik seperti minyak atsiri. Hal ini semakin meningkatkan nilai ekonomis komoditas ini.
“Dibantu oleh Kaleka, kami terus berupaya memanfaatkan semua bagian dari pala untuk meminimalisir sampah dari penggunaannya yang biasa menumpuk saat difungsikan menjadi bahan masak," kata Mama Siti.
"Saat ini, kami sudah menjual kurang lebih 500 botol sari buah yang berbahan dasar daging buah pala yang selama ini hanya ditinggalkan di bawah pohon pala sampai membusuk,” tutur Siti.
Baca Juga: Merince Kogoya Kecewa Dicoret dari Miss Indonesia 2025: Gara-Gara Komentar Publik yang Pro Palestina
Harapan Baru Para Petani Pala Papua
Keberhasilan inisiatif Wewowo Lestari memberikan harapan baru bagi petani pala di Papua.
Melalui pendekatan ekonomi restoratif, Wewowo Lestari mendorong pembelajaran bersama berlandaskan bukti yang diharapkan dapat mendorong advocacy perubahan kebijakan pengelolaan lingkungan dan pembangunan ekonomi berkelanjutan.
Dengan pendekatan berbasis komunitas, program ini menjaga tradisi dan kekayaan alam Papua sebagai pondasi ekonomi lokal.
“Dalam lima tahun, kami membayangkan sebuah usaha sosial fungsional yang dipimpin oleh masyarakat adat yang dapat menjual pala mereka dengan nilai tinggi, yang dapat meningkatkan mata pencaharian masyarakat adat," jelas Venticia.
Baca Juga: Jurist Tan Ada di Australia? Kejagung Belum Mau Jemput Paksa hingga Dituding Terlalu Sabar
Dalam sepuluh tahun, Kaleka menargetkan hutan adat untuk mendapatkan pengakuan di tingkat nasional, dan beberapa kebijakan dalam perlindungan hutan dapat menginspirasi daerah lain di Indonesia.
"Dalam lima belas tahun, kita akan melihat industri cluster parfum, minyak atsiri, dan produk perikanan di Fakfak, Papua Barat,” ujar Venticia Hukom.
Inisiatif ini menjadi contoh nyata bahwa pelestarian alam dan peningkatan ekonomi dapat berjalan berdampingan, dipimpin oleh kearifan lokal Papua.***