KONTEKS.CO.ID - Berdasarkan laporan yang diterbitkan pada Juni 2025 di Jurnal Asosiasi Medis Korea, sebanyak 10 orang lansia atau orang lanjut usia meninggal dunia karena bunuh diri.
Kondisi ini mencerminkan tren yang terus-menerus dan mengkhawatirkan di seluruh Asia Timur. Negara seperti Jepang dan Hong Kong telah lama mendokumentasikan angka bunuh diri yang tinggi di kalangan lansia.
Namun, situasi di Korea Selatan sangat mengkhawatirkan otoritas setempat, karena negara ini memiliki salah satu angka tertinggi di dunia maju dan tertinggi di antara negara-negara Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD).
Baca Juga: Gagal Berantas Korupsi, PM Bulgaria Mundur Usai Dihantam Gelombang Demonstrasi
Masyarakat ‘Super-Lansia’
“Ini krisis nyata,” kata Othelia E Lee, profesor pekerjaan sosial di Universitas North Carolina di Charlotte, yang telah meneliti isolasi sosial di kalangan lansia di Korea Selatan.
Negara ini diklasifikasikan sebagai masyarakat “super-lansia” dan memiliki lebih dari 10 juta orang berusia 65 tahun ke atas.
“Sekarang, mereka mewakili seperlima dari populasi negara,” kata Lee. “(Hal ini) terjadi begitu cepat sehingga Pemerintah Korea tidak punya waktu untuk (membangun) sistem pensiun dan dukungan yang layak. Membiarkan mereka berjuang sendiri bukanlah pilihan.”
Para lansia Korea menghadapi kesulitan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Transformasi ekonomi negara yang cepat telah memicu pergeseran mendasar dalam tatanan sosial tradisional bangsa.
“Sekarang kita memiliki lebih sedikit rumah tangga multigenerasi dan lebih sedikit dukungan keluarga, sehingga satu dari tiga lansia Korea Selatan hidup sendirian,” jelas Lee, melansir CNN, Senin 15 Desember 2025.
“Isolasi ini secara langsung memicu tekanan finansial, kesepian yang mendalam, dan perasaan menjadi beban. Kondisi yang secara langsung terkait dengan depresi dan bunuh diri,” paparnya.
Seiring dengan sistem kesehatan masyarakat yang kewalahan dan berjuang untuk mengimbangi pergeseran sosial ini, Pemerintah Korea Selatan semakin beralih ke perusahaan teknologi untuk mengatasi "krisis lansia". Juga mengisi kesenjangan kritis dalam tenaga kerja perawatan sosial.
Hal ini membuka pintu bagi perusahaan seperti Hyodol, platform perawatan kesehatan AI dan rumah pintar yang berpusat pada robot mirip boneka yang diberikan kepada lansia yang tinggal sendirian.
Baca Juga: RI Dikepung Megathrust, Profesor Jepang Ungkap Tanda Awal Gempa Besar dan Peluang Mitigasi Dini
Artikel Terkait
Perampok Keji Rampok Lansia di Jombang! Perhiasan hingga Mobil Dijarah, Korban Dibunuh Bunuh dan Dibakar di Hutan Lamongan
Bulu Tangkis Lansia, Menghadirkan Tawa Baru di Usia Senja
Langkah Praktis Mendaftar Kartu Lansia Jakarta 2025
Lansia 71 Tahun Ditangkap karena Sebar Kebencian atas Kebakaran Apartemen Hong Kong
Viral Rombongan Wisatawan Lansia Dipalak Rp150 Ribu, Pelaku Bawa-Bawa Aturan Desa