Malin Frithiofsson, Kepala eksekutif Daya Ventures yang berbasis di Swedia, mengatakan, eksperimen LinkedIn mencerminkan "kesenjangan gender" yang telah dirasakan oleh para profesional perempuan selama bertahun-tahun.
"Kita berada di titik di mana perempuan mengubah jenis kelamin LinkedIn mereka menjadi pria, menukar nama dan foto profil mereka, bahkan meminta AI untuk menulis ulang biodata mereka seolah-olah 'ditulis pria,'" kata Frithiofsson.
"Dan jangkauan mereka meroket," tambahnya.
Namun LinkedIn membantah tuduhan seksisme bawaan. "Algoritme kami tidak menggunakan gender sebagai sinyal peringkat, dan mengubah gender di profil Anda tidak memengaruhi tampilan konten Anda di hasil pencarian atau umpan," kata Juru Bicara LinkedIn kepada AFP.
Baca Juga: Sumbar Catat Kasus Demam Tertinggi di Pulau Sumatra Pasca-Bencana Banjir Bandang
Namun, perempuan yang mengalami lonjakan keterlibatan kini menuntut transparansi yang lebih besar tentang bagaimana algoritma—yang sebagian besar tidak transparan, seperti platform lain—berfungsi untuk meningkatkan beberapa profil dan postingan sementara menurunkan yang lain.
"Saya tidak yakin ada sebaris kode pun di tumpukan teknologi LinkedIn yang mengatakan 'jika perempuan < kurangi promosi,'" tulis Frithiofsson dalam sebuah postingan di situs tersebut.
"Apakah saya percaya bias gender dapat muncul melalui input data, penguatan loop, dan norma budaya seputar seperti apa 'suara profesional'? Ya. Tentu saja."
Sakshi Jain dari LinkedIn mengatakan dalam sebuah postingan blog, bahwa sistem dan algoritma AI situs tersebut mempertimbangkan "ratusan sinyal". Termasuk jaringan atau aktivitas pengguna, untuk menentukan visibilitas postingan.
Baca Juga: Gus Yahya Tegaskan Masih Ketum PBNU, Siap Tempuh Jalur Hukum jika Islah Ditolak
“Meningkatnya volume konten juga menciptakan lebih banyak ‘persaingan’ untuk mendapatkan perhatian,” tambahnya.
Penjelasan tersebut menuai skeptisisme di situs jejaring tersebut, yang menganggap visibilitas lebih tinggi dapat berarti peningkatan peluang karier atau pendapatan.
Rosie Taylor, seorang jurnalis yang berbasis di Inggris, mengatakan, peningkatan profilnya "dari menjadi 'pria' hanya selama satu minggu" menyebabkan pengunjung unik ke buletinnya melonjak sebesar 161% dibandingkan pekan sebelumnya.
"Siapa yang tahu seberapa sukses saya jika algoritmanya menganggap saya pria sejak awal?" keluh Taylor. ***
Artikel Terkait
Microsoft LinkedIn Pecat 668 Karyawan: Pekerja Teknik, Bakat, Keuangan Kena Semua
Strategi Efektif dalam Mempresentasikan Diri di Profil LinkedIn yang Menarik Perusahaan
LinkedIn Gangguan: Dampak dan Tanggapan Seusai Down-nya Platform Jaringan Profesional
LinkedIn Perluas Jangkauan dengan Masuk ke Bisnis Game
15 Perusahaan Terbaik Versi LinkedIn untuk Berkembang Karier di Indonesia, Ternyata Perbankan dan Keuangan Jadi Terbaik