• Minggu, 21 Desember 2025

DKI Lebihi Angka Nasional, Kemenkes Ungkap 1,5 Persen Warga Jakarta Depresi dan Dorong Skrining Jiwa

Photo Author
- Sabtu, 22 November 2025 | 15:28 WIB
 Warga Jakarta rentan depresi, Kemenkes serukan skrining jiwa. (freepik/jcomp)
Warga Jakarta rentan depresi, Kemenkes serukan skrining jiwa. (freepik/jcomp)

 

KONTEKS.CO.ID - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengingatkan bahwa tingkat depresi pada penduduk berusia di atas 15 tahun di DKI Jakarta mencapai 1,5 persen.

Angka ini sedikit berada di atas rata-rata nasional yakni 1,4 persen. Kondisi tersebut menjadikan masalah kesehatan jiwa sebagai penyakit kedua terbanyak pada kelompok usia tersebut.

Ketua Tim Kerja Deteksi Dini dan Pencegahan Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA, Yunita Arihandayani, menyampaikan temuan ini dalam seminar daring di Jakarta yang dilansir Sabtu, 22 November 2025.

Baca Juga: Harga Tiket Konser Josh Groban di Jakarta 2026, Mulai Rp990 Ribu dan Raisa Jadi Tamu Spesial

Ia menegaskan bahwa prevalensi masalah kesehatan jiwa di Jakarta juga meningkat.

“Terkait data gangguan depresi, rata-rata nasional 1,4 persen. DKI Jakarta sedikit lebih tinggi, 1,5 persen,” ujar Yunita.

Provinsi Jawa Barat bahkan mencatat angka yang jauh lebih tinggi, yakni 4,4 persen untuk prevalensi masalah kesehatan jiwa.

Merujuk Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, rata-rata nasional berada di angka 2 persen, sementara Jakarta kembali mencatat angka yang lebih tinggi, yaitu 2,2 persen.

Baca Juga: Rossa Purbo Bekti Disorot, Dugaan Penundaan Pemeriksaan Gubernur Sumut Mengguncang KPK

Hanya Sedikit Penderita Depresi yang Mencari Pertolongan

Meski angkanya mengkhawatirkan, sebagian besar penderita depresi dan kecemasan enggan mencari pengobatan.

Yunita menyebut hanya 0,7 persen penderita gangguan cemas yang mencari pertolongan, sementara penderita depresi yang mencari penanganan hanya 12,7 persen.

Menurutnya, rendahnya kesadaran terhadap gejala menjadi salah satu penyebab utama. Selain itu, stigma masyarakat terhadap kesehatan mental juga masih kuat.

“Orang yang sedih terus atau kehilangan semangat sering dibilang kurang kuat iman,” katanya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rat Nugra

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X