Status suami istri dianggap menguntungkan sebagai intelijen. Apalagi paras Sofia yang cantik akan memudahkannya dalam berbaur dengan berbagai kalangan.
Baca Juga: Satsus Intel, Kisah Satuan 'James Bond' Indonesia Didikan CIA, MI6, dan Mossad
Eddy Endang Terbunuh DI/TII
Zulkifli Lubis menempatkan Eddy dan Sofia di Purwakarta. Beberapa bulan kemudian, Belanda melakukan agresi militer pertama pada 21 Juli 1947. Pasutri ini pun menyingkir ke Garut.
Namun agresi militer Belanda membuat keduanya terpaksa berpisah. Sofia bertahan di markas FPI, Kapten Eddy bergerilya di hutan.
Militer Belanda terus mendesak posisi pasukan Republik. Kondisi itu menyebabkan Sofia harus membakar semua dokumen penting milik suaminya, termasuk surat keterangan bahwa ia dan Eddy suami istri.
Baca Juga: Maung Bikang, Laskar Mojang Bandung yang Bikin Ciut Nyali Penjajah
Suatu hari Sofia mendengar kabar bahwa sekelompok tentara bagian dari pemberontak DI/TII telah menculik dan membunuh suaminya. Pembunuban itu terjadi di Kampung Bungur, Jawa Barat, pada 23 Oktober 1947.
Belakangan, jurnalis senior Harian Umum Suara Karya di Jawa Barat, Yoyo Dasriyo, bercerita kepada Sofia bahwa eksekusi terhadap Eddy sangat kejam.
Menurut penelusuran Yodaz, Eddy dimasukkan ke dalam keranjang bambu lalu ditusuk-tusuk dengan bambu runcing. Dalam kondisi sekarat Eddy dibuang ke Sungai Cimanuk.
Baca Juga: Barisan Terate, Pasukan Khusus Pelacur dan Maling Penghancur Daya Tempur Belanda
Sofia terpukul mendengar kematian sang suami. Dengan membawa anak-anaknya, Sofia meninggalkan Garut dengan menyamar menjadi istri penjual minyak tanah. Ia masuk ke kota Bandung yang saat itu sudah dikuasai Belanda.
Sofia dan dua anaknya tinggal bersama mertuanya. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, ia membuka warung nasi kecil-kecilan.
Kematian suaminya telah menimbulkan luka mendalam di hati Sofia. Ia pun memutuskan untuk keluar dari dinas ketentaraan.
Baca Juga: Bing Slamet, Seniman Legendaris yang Pernah Jadi Agitator Incaran Tentara Jepang
Saat hendak keluar dari militer, sebenarnya Sofia sempat dekat dengan seorang perwira AURI bernama Wagino Dachlin Muchtar atau WD Mochtar. Saat itu perwira asal Yogyakarta ini adalah anggota satuan khusus FP yang bertugas di palagan Karawang-Bekasi.