kontekstory

Ledakan SMAN 72, Natural Selection, dan Ide Kekerasan Tanpa Motif yang Menular dari Eric Harris dan Dylan Klebold

Minggu, 16 November 2025 | 09:00 WIB
Pelaku ledakan SMAN 72 mengenakan pakaian ala Eric Harris Columbine. (X)

"Rasanya seperti mereka bersenang-senang," kata Aaron Cohn, seorang penyintas.

Baca Juga: Ide Gila Jenderal Prof Moestopo, Bentuk Barisan Pelacur dan Maling Hancurkan Belanda di Era Revolusi Kemerdekaan

Kejadian itu berlangsung kurang dari satu jam, namun meninggalkan trauma mendalam bagi sekitar 1.800 siswa.

Total 12 siswa dan satu orang guru tewas, serta lebih dari orang 20 luka-luka. Akhirnya, Harris dan Klebold menutup hari tragis itu dengan menembak diri mereka sendiri.

Hal paling menakutkan dari Harris bukan hanya tindakannya, tapi caranya membangun narasi kekerasan secara online. Harris bahkan membuat situs web pribadi yang berisi ancaman, catatan harian, dan rencana serangan.

Harris juga memodifikasi video game Doom untuk berlatih strategi membunuh. Ia menulis, "Aku tidak ingin dihormati karena aku baik. Aku ingin dihormati karena aku ditakuti."

Baca Juga: Mengenal Riwu Ga si ‘Angalai' Soekarno: Terompet Proklamasi dan Paspampres Pertama Indonesia yang Terlupakan

Trauma yang Menyebar ke Generasi Baru

Dua dekade lebih setelah tragedi Columbine, SMAN 72 Kelapa Gading menghadirkan pola yang sama.

Pelaku membawa bom rakitan, dengan tulisan "Natural Selection" sebagai simbol ideologi ekstrem.

Motifnya seakan meniru yaitu balas dendam terhadap pengucilan sosial, kekerasan sebagai bahasa dunia, dan obsesi terhadap kekuatan mutlak.

Psikolog forensik pun menekankan, "Ini bukan kebetulan. Pola yang sama muncul karena internet memungkinkan ideologi ekstrem menyebar cepat, tanpa filter."

Baca Juga: Dentuman Hidup Ozzy Osbourne, Pangeran Kegelapan Pengusung Heavy Metal yang Ngerock Hingga Ajal

Dari Colorado hingga ke Jakarta, pola kekerasan yang sama muncul yaitu remaja merasa terpinggirkan, internet menjadi laboratorium ideologi ekstrem, dan kegagalan sistem untuk mendeteksi tanda bahaya.

Eric Harris dan Dylan Klebold bukan hanya sejarah. Mereka adalah 'rujukan' sekaligus peringatan bagi generasi era digital saat ini.***

Halaman:

Tags

Terkini