kontekstory

Presiden Pakistan Zia Ul Haq dan Memori Pertempuran 10 November 1945, dari Kaget Mendengar Adzan hingga Pimpin Pembelotan Pasukan Gurkha

Minggu, 9 November 2025 | 11:52 WIB
Presiden Pakistan Muhammad Zia Ul Haq -tengah- pernah terlibat dalam perang di 10 November 1945 di Surabaya. (Foto: Indonesia-Pakistan)

Pasukan khusus ini makin terkejut lantaran mendengar teriakan takbir “Allahu Akbar” di tengah pertempuran. Terlebih mereka saat itu sering salat berjamaah di berbagai masjid bersama masyarakat setempat.

Baca Juga: Ide Gila Jenderal Prof Moestopo, Bentuk Barisan Pelacur dan Maling Hancurkan Belanda di Era Revolusi Kemerdekaan

Saat mengunjungi Indonesia selama lima hari sebagai Presiden Pakistan pada November 1982, Zia yang meninggal dunia karena kecelakaan pesawat itu mengatakan, ingatannya terhadap perang di Surabaya selalu tersimpan dalam memorinya.

Zia merupakan jebolan Akademi Militer India Dehradun (Dehra Doon) pada 1943. Bertugas di Angkatan Darat India Britania di Asia -Pasifik, ia terlibat "Operasi Ibukota" di Burma dan "Operasi Ritsleting" di Malaya, sebelum dipindahkan ke Jawa bersama Divisi India ke-23 pada September 1945.

Setelah menggelar operasi militer Inggris di Pulau Jawa (1945-1946), Zia kemudian dipindahkan ke Angkatan Darat Pakistan pada 1947.

Membelotnya ratusan pasukan Inggris yang berasal dari India itu juga terekam dalam buku British Occupation of Indonesia: 1945-1946. Dikatakan, intelijen Inggris menemukan sejumlah anggota Divisi ke-23 India yang bersimpati pada perjuangan rakyat Indonesia, bahkan hingga desersi dan membelot.

Baca Juga: Mengenal Riwu Ga si ‘Angalai' Soekarno: Terompet Proklamasi dan Paspampres Pertama Indonesia yang Terlupakan

AG Khan dalam tulisannya di Milli Gazette 2012 menyebut, ada 600 tentara India beragama Islam yang desersi dan membelot ke kelompok perjuangan Indonesia. Mereka bahkan membawa persenjataan dan amunisi sebagai hadiah.

Kapten PRS Mani mengkonfirmasi data tersebut. "Sekitar 600 tentara Muslim India membelot karena dibujuk, kata pihak (militer) Inggris yang mengakui bahwa beberapa di antaranya karena tak suka memerangi bangsa Indonesia," tulis Mani.

Pasukan Gurkha yang bertempur untuk Inggris di Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945. (Foto: Dok ANRI)

Babak Belur Setelah Mundur

Pertempuran Surabaya terakhir terjadi di Gunungsari pada 28 November 1945.

Para pejuang memang sudah mundur ke wilayah-wilayah sekitar Kota Surabaya. Tapi keamanan di sana belum sepenuhnya terjamin.

Para penembak runduk alias sniper masih menempati gedung-gedung tersembunyi. Mereka kerap merepotkan pergerakan pasukan Inggris ketika memasuki kota.

Baca Juga: Dentuman Hidup Ozzy Osbourne, Pangeran Kegelapan Pengusung Heavy Metal yang Ngerock Hingga Ajal

"Banyak serdadu Inggris yang mati karena tembakan para sniper kita,” kata Moekajat, pelaku sejarah Pertempuran Surabaya.

Halaman:

Tags

Terkini