kontekstory

Pesawat, Fiat, Hingga Limousine dalam Pelarian dan Misi Terakhir Tokoh G30S PKI DN Aidit

Minggu, 21 September 2025 | 09:00 WIB
DN Aidit. (Foto, ca 1963)

Aidit dan dua pengawalnya dibawa ke Kompleks Perumahan Angkatan Udara di Halim, tepatnya di rumah Sersan Udara Suwardi.

Yogyakarta Jadi Pilihan

Situasi kian tak terkendali. Aidit sadar bahwa rangkaian aksi militer pihaknya telah tamat setelah gerakan cepat Soeharto dan AH Nasution. Aidit pun disarankan para koleganya segera meninggalkan Jakarta.

Peneliti Amerika Serikat, Victor M Fic dalam buku Kudeta 1 Oktober 1965, Sebuah Studi Tentang Konspirasi, menceritakan, para konspirator G30S PKI berupaya melarikan Aidit ke luar Jakarta.

Sjam Kamaruzzaman lantas meminta Sujono agar mendekati Marsekal Omar Dhani guna meminta sebuah pesawat untuk meloloskan Aidit.

Jelang pukul 23.00 WIB, Sujono melaporkan bahwa pesawat telah siap untuk membawa Aidit. Ketika itu diputuskan bahwa Aidit harus pergi ke Yogyakarta.

Baca Juga: Tanggal 30 September Memperingati Beragam Hari Penting, Salah Satunya G30S PKI

Victor menyebut bahwa setelah pesawat diisi bahan bakar dan siap terbang, Sjam segera mengeluarkan Aidit dan kedua orang sekretarisnya, Kusno dan Walujo, dari rumah Suwardi.

Mereka segera dibawa menuju landasan pacu dan segera menaiki pesawat. Pesawat tinggal landas pada 2 Oktober 1965 pukul 01.00 dini hari menuju Yogyakarta.

Aidit kabur dari Jakarta bukan tanpa rencana. Ia punya beberapa skema, di antaranya hendak membuat pemerintahan darurat Dewan Revolusi di Yogyakarta, mengevakuasi presiden Soekarno ke Yogyakarta, dan memulai melakukan counter-offensive revolusioner melawan Soeharto dan Nasution yang mendominasi Jakarta dan Jawa Barat.

Rencana itu merupakan teori perang yang diajarkan di setiap akademi militer di negara-negara komunis sebagai salah satu doktrin militer unggulan.

Baca Juga: Peristiwa G30S PKI, Dampak Sosial dan Politik bagi Bangsa Indonesia

Teori tersebut memadukan operasi-operasi tradisional dari pasukan bersenjata reguler dengan perang gerilya di belakang garis musuh. Adapun taktiknya adalah melakukan sabotase, pembunuhan, penyanderaan, teror, dan propaganda.

Setiba di Yogyakarta, Aidit melakukan pertemuan darurat dengan para petinggi PKI setempat. Ia menyampaikan rencana yang telah disiapkan.

Pertemuan tersebut di antaranya memutuskan bahwa PKI Yogyakarta akan melakukan berbagai aksi massa untuk membela Presiden Soekarno yang disebutnya ditawan oleh Soeharto dan Nasution.

Semarang, Fiat, dan Limousine

Aidit kemudian melanjutkan pelariannya ke Semarang, Jawa Tengah. Provinsi itu merupakan salah satu basis kuat PKI.

Halaman:

Tags

Terkini