kontekstory

Potret Buram Mayor Sabarudin, Tentara Psikopat Era Kemerdekaan yang Cuma Tunduk pada Tan Malaka

Minggu, 31 Agustus 2025 | 09:00 WIB
Potret Mayor Sabarudin, tentara psikopat di era revolusi kemerdekaaan, (Repro Buku Harry A Poeze)

Sabarudin dan pasukannya dilucuti pada 2 Februari 1947. Ia dibawa ke Yogyakarta untuk diadili dan ditahan di penjara Wirogunan. Mereka lalu diajukan ke Mahkamah Tentara Agung pada April 1947.

Mayor Sabarudin, pelaku utama dalam kasus penculikan itu, dipecat dari dinas militer dan dihukum tujuh tahun penjara. Sementara 100 orang anak buahnya yang perwira ditahan di penjara Wirogunan selama 100 hari. Setelah dibebaskan, sebagian besar anak buahnya kembali menjadi tentara tapi hanya diberi pangkat prajurit.

Pemuja Fanatik Tan Malaka yang Menghabisi PKI Madiun

Di penjara Sabarudin bertemu sang legenda, Tan Malaka. Dengan cepat Sabaruddin menjadi pemuja Tan Malaka. Ia melahap ajaran-ajaran Tan Malaka dengan bangga. "Sabaruddin fanatik dengan ajaran-ajaran Tan Malaka," tulis Moehkardi di buku "Peran Surabaya dalam Revolusi Nasional 1945".

Baca Juga: Sjafrie Sjamsoeddin dan Kerusuhan Mei 1998, Uji Nyali Jenderal Tampan Eks Pengawal Kesayangan Soeharto

Ketika pemberontakan PKI Madiun 1948 meletus, Hatta berusaha mendekati pengikut Tan Malaka untuk ikut menghabisi PKI di Madiun. Hatta paham betul bahwa Bapak Republik ini memang musuh besar Muso.

Sebagai pengikut Tan Malaka, Sabarudin dan pasukannya - yang sudah bebas dari bui - dengan senang hati melawan pasukan-pasukan musuh dan kelompok Amir Sjarifuddin.

Dari operasi penumpasan PKI Madiun itu, Sabaruddin berhasil mengumpulkan senjata yang dirampas dari pasukan-pasukan kiri tersebut. Hal ini membuat Sabarudin dan pasukannya semakin kuat dan berbahaya.

Baca Juga: Menit-menit Mencekam Mei 1998, Saat BJ Habibie Copot Prabowo Subianto dari Pangkostrad

Terlepas dari semua kontroversi Mayor Sabarudin, kedekatannya dengan Tan Malaka menjadi misteri yang sulit terjawab. Bahkan, Indonesianis Harry Poeze yang meneliti Tan Malaka selama lebih dari 40 tahun pun merasa bingung dengan fakta ini.

Sabarudin begitu bersemangat menyambut program Murba yang dicanangkan Tan Malaka. Ia mengajak Tan keliling Jawa Timur dan menjamin keamanannya dengan membawa 50 orang pengawal.

Dengan pengawalan spesial itu, Tan Malaka ikut serta dan berangkat naik kereta api khusus ke Kediri. Mereka lalu mendirikan markas Murba di Desa Belimbing dan mengedarkan pamflet perlawanan terhadap sekutu dan Soekarno-Hatta yang menolak bergerilya. Musuh mereka sekaligus dua, tentara sekutu dan pemerintah resmi.

Baca Juga: Sejarah Macao Po, Pelopor Lokalisasi di Jakarta: Perempuan Sipit Didatangkan dari Makau China, Pelanggannya Pejabat Belanda dan Taipan

Harry Poeze sendiri bingung, Tan yang sangat intelektual dan sangat berpengalaman dalam revolusi, menyanggupi ajakan Sabarudin berjuang ke Kediri. "Padahal Sabarudin dikenal sebagai seorang gila, bahkan psikopat," tulis Poeze dalam buku "Tan Malaka, Bapak Republik yang Dilupakan".

"Ikatan antara Tan Malaka dengan Sabarudin terlihat mustahil dan tidak bisa dipercaya. Tapi dalam revolusi berlaku kaidah-kaidah lain dan persekutuan semacam itu bisa saja terjadi. Seperti juga revolusi bisa menawarkan kesempatan kepada orang-orang semacam Sabarudin untuk naik ke jenjang kekuasaan," tulis Poeze menggambarkan.

Persekutuan antara Tan Malaka dan Sabarudin inilah yang menyebabkan terjadinya rangkaian peristiwa penyerbuan pasukan pemerintah hingga akhirnya Tan Malaka gugur ditembak tentara republik yang didirikannya. "Ini kesalahan besar Tan Malaka," ucap Harry Poeze.***

Halaman:

Tags

Terkini