kontekstory

Potret Buram Mayor Sabarudin, Tentara Psikopat Era Kemerdekaan yang Cuma Tunduk pada Tan Malaka

Minggu, 31 Agustus 2025 | 09:00 WIB
Potret Mayor Sabarudin, tentara psikopat di era revolusi kemerdekaaan, (Repro Buku Harry A Poeze)

Setelah diringkus dan diculik, Muhammad yang luka parah dimasukkan ke dalam truk.
Truk-truk itu kemudian minggat dari markas besar tentara.

Untunglah akhirnya rombongan Sabarudin ini berhasil dicegat oleh Letkol Surahmad yang pasukannya lebih besar dari Sabarudin. Setelah berdialog, akhirnya Mayor Jenderal Muhammad Mangun Diprojo dilepaskan oleh Sabarudin.

Baca Juga: Menguak Operasi Alpha di Era Orde Baru, Skenario BAIS dan Mossad Beli A-4 Skyhawk Israel untuk Pertahanan Udara Indonesia

Catatan Suparta Brata menunjukkan, Sabarudin hanya sekali menolak perintah kotor atasannya, yaitu menghabisi nyawa Kolonel Moestopo yang kelak menjadi dokter dan akademisi tersohor.

Menurut Suparta Brata, Sabarudin menaruh hormat pada Moestopo dan tak pernah mengerjakan eksekusi itu.

"Daidanco Dokter Mustopo, maaf, sebagai petugas algojo diperintahkan oleh atasan saya untuk menghabisi nyawa Bapak. Akan tetapi, saya orang Aceh yang ber-Tuhan dan tahu berterimakasih. Dulu waktu saya akan dikirim ke Bogor untuk dibunuh oleh Jepang, Bapak menolong dan membebaskan saya. Bapak jangan takut. Bapak saya lindungi,” kata Sabarudin dalam buku Suparta.

Baca Juga: Mengenal Nostradamus, Peramal Asal Prancis yang Meramal Perang Dunia III Mulai dari Timur Tengah, Kini Pecah Perang Iran versus Israel

Dikejar Polisi dan Gabungan Laskar

Akibat peristiwa penculikan ini, markas besar tentara tidak tinggal diam.

Dewan Pertahanan Pusat mengerahkan pasukan gabungan untuk menyerang markas Mayor Sabarudin di Mojokerto. Pasukan gabungan ini terdiri dari pasukan polisi perjuangan dibantu Laskar Pesindo, Hizbullah, dan Laskar Minyak. Panglima Sudirman sendiri yang langsung memerintahkan Komandan Pasukan Polisi Perjuangan Inspektur Muhammad Yasin untuk memimpin operasi penangkapan Sabarudin.

Walau sempat terkepung, Mayor Sabarudin dan wakilnya Ali Umar berhasil lolos dengan menggunakan Mobil, namun akhirnya disergap di Simpang Empat Mojosari yang berlokasi di antara Mojokerto dan Porong.

Baca Juga: Kisah Sri Sultan HB IX Biayai APBN dari Kocek Pribadi, tapi Tak Mau Rakyatnya Tahu

Dalam penyergapan itu ditemukan delapan wanita Eropa dan Indo Belanda yang ternyata sedang hamil dan selama ini ditempatkan di bungalow yang terletak di lereng utara Gunung Arjuno.

Mayor Sabarudin ternyata mengumpulkan wanita-wanita Eropa ini untuk dijadikan gundiknya. Para wanita ini sepertinya adalah bekas tawanan Jepang di kamp-kamp tahanan orang Eropa.

Selain itu, ditemukan juga sejumlah empat kantong penuh berisi emas batangan, perhiasan, dan berlian. Benda-benda tersebut diperkirakan dirampas oleh Mayor Sabarudin dari sejumlah kamp tahanan Eropa yang masih tersisa.

Baca Juga: Sekelumit Cerita Saat Haji Bung Karno Ibadah Haji: dari Merangkak di Makam Nabi Muhammad SAW , Usul Pelebaran Masjidil Haram, Hingga Dapat Kiswah

Halaman:

Tags

Terkini