Dikatakan, Tantri adalah satu-satunya warga asing yang secara terang-terangan memihak Indonesia. Bahkan berjuang sekuat tenaga demi membantu perjuangan kemerdekaan Indonesia.
"Aku ingin agar setiap lelaki, perempuan, dan anak-anak yang ada di sini, malam ini memandang wajah K'tut Tantri dan mengingatnya baik-baik," tegasnya.
"Kuserahkan Saudara K'tut Tantri pada perlindungan saudara sekalian. Kalau perlu, korbankanlah nyawa untuk menjaganya," pinta Pemimpin Besar Revolusi tersebut.
Tantri pun menangis terharu. "Aku harus memaksa diri untuk tetap bersikap tenang," tulisnya lagi.
Pemerintah Indonesia dengan tegas mengakui jasa-jasa Beliau. Di bulan November 1998, Jakarta menganugerahkan Bintang Mahaputra Nararya kepada perempuan pemilik nama lengkap Ni K’tut Tantri itu.
Anugerah ini adalah penghargaan tertinggi kedua yang dia terima bukan cuma karena perannya dalam pertempuran heroik di Surabaya pada 1945, tapi juga atas jasanya selaku wartawan serta pegawai Kementerian Penerangan pada 1950.
K’tut Tantri berpulang di sebuah panti jompo di Redferd, Sydney, New South Wales, pada Minggu 27 Juli 1997 malam.
Kecintaannya kepada Indonesia ditunjukan melalui wasiat terakhirnya. Menjelang dikremasi, bendera Merah Putih dan lembaran kain kuning dan putih khas Bali menyelimuti peti jenazahnya. ***