KONTEKS.CO.ID - Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (FK Unpad) berhasil meraih gelar juara pada kompetisi internasional Global Hackatom 2025 di Moskow, Rusia.
Pada kejuaraan yang berlangsung pada September 2025 kemarin, mahasiswa FK Unpad yang menamakan diri Tim Tahu Sumedang, berhasil meraih posisi runner-up atau juara dua. Bukan hanya itu, anak muda bertalenta ini juga mendaparkan Special Award.
Tim Tahu Sumedang mampu bersaing dengan ratusan peserta yang berasal dari 10 negara. Yaitu, Brasil, Bolivia, Hungaria, Namibia, Rwanda, Kazakhstan, Uzbekistan, Myanmar, Indonesia, dan Rusia.
Skuad yang terdiri dari Marsha Aziza Wardhana, Fathi Ghifari Muhammad, Richard Christophorus, Frederick Suhamdy, dan Krisi Nohan itu sanggup memperlihatkan kolaborasi dan inovasi luar biasa.
Di bawah bimbingan Dr dr Mohammad Ghozali (Dosen Departemen Ilmu Kedokteran Dasar Unpad), dr Arifudin Achmad, (Dosen Departemen Ilmu Kedokteran Nuklir Unpad), Prof Efrizon Umar (BRIN) dan Prof Muhayatun (BRIN), tim ini berhasil membangun ide riset yang solid dan aplikatif hingga mampu bersaing di tingkat internasional.
Global Hackatom merupakan kompetisi inovasi internasional yang berfokus pada pemanfaatan teknologi nuklir, baik di bidang energi maupun non-energi.
Tahun ini, ajang tersebut menantang peserta untuk menghadirkan solusi inovatif berbasis sains nuklir bagi kehidupan manusia.
Baca Juga: Nusantara, Film AI Indonesia Raih Best Documentary di AI Film Awards Cannes 2025
Termasuk dalam aspek kedokteran, keselamatan kerja, dan eksplorasi luar angkasa. Di kompetisi ini, tim Tahu Sumedang menghadirkan dua inovasi utama yang menyoroti kesehatan astronot di luar angkasa.
Inovasi pertama berupa metode diagnostik berbasis radioisotop tembaga (copper) guna mengukur baseline ritme sirkadian pada astronot.
Sementara inovasi kedua adalah radioaktif neuroskogenin, sebuah obat yang dirancang untuk menyeimbangkan kembali sistem ritme sirkadian tubuh astronot selama berada di luar angkasa, di mana mereka tidak mengalami siklus siang dan malam secara alami.
Lebih lanjut, untuk mempermudah pemahaman konsep ilmiah yang kompleks, tim mempresentasikan inovasi tersebut melalui simulasi gim Minecraft. Pendekatan interaktif ini berhasil menarik perhatian juri karena mampu menjelaskan ide ilmiah dengan cara yang sederhana namun tetap akurat.
Baca Juga: BPJS Kesehatan Masuk Nominasi Nobel Perdamaian, Ini Pengusul dan Alasannya