Ia memperkirakan harga berada pada kisaran USD1.100–1.200 per ton.
Bahkan berpotensi mencapai USD1.300 per ton di pasar CIF Rotterdam.
“Permintaan global minyak nabati terus meningkat sementara produksi Indonesia dan Malaysia stagnan. Ini yang menopang harga tinggi,” jelasnya.
Gapki meminta pemerintah memperjelas kepastian regulasi, terutama soal sertifikasi lahan untuk perusahaan maupun masyarakat.
Baca Juga: IDAI: Penyusunan Menu Makan MBG Harus Libatkan Ahli Gizi
Menurut Eddy, 42 persen perkebunan sawit dikelola petani kecil, banyak di antaranya butuh replanting agar produktivitas bisa naik tiga kali lipat.***
Artikel Terkait
Pemerintah Tambah Lahan Sawit buat Agrinas, Kini Mencapai 1,5 Juta Hektare
Indonesia Ubah Limbah Sawit Jadi Bioetanol untuk Percepat Transisi Energi
Indonesia Selalu Menang Gugatan atas Uni Eropa, Soal Sawit Sudah Empat Kali!
Indonesia Bisa Tuntut Uni Eropa untuk Status ‘Risiko Nol’ Sawit
Lonjakan Harga Sawit Mengintai, Indonesia Diminta Hentikan Moratorium Perkebunan