KONTEKS.CO.ID - Ekspor minyak sawit Indonesia pada tahun pemasaran (MY) 2024-2025 diperkirakan turun menjadi 22,8 juta ton.
Hal itu akibat berkurangnya permintaan dari pembeli utama seperti India, China, dan AS, serta dampak penerapan mandat B40 pada biodiesel.
Namun, produksi diproyeksikan naik 3 persen menjadi 47 juta ton pada 2025/2026.
Baca Juga: Malaysia dan Indonesia Bersatu Lindungi Produsen Minyak Sawit
Seperti dikutiip dari Kedia Advisory, hal itu didorong oleh kondisi cuaca yang menguntungkan dan ketersediaan pupuk yang memadai.
Harga minyak sawit naik 24 persen secara tahunan antara Oktober 2024 dan Mei 2025, sehingga daya saingnya menurun dibandingkan minyak nabati lain.
Peningkatan pengiriman ke Pakistan dan Bangladesh sebagian mengimbangi penurunan ekspor di wilayah lain.
Baca Juga: Tarif Ekspor Minyak Sawit Indonesia ke Uni Eropa Ditetapkan Nol Persen
Perubahan sentimen pasar yang positif terjadi setelah revisi tarif timbal balik AS menjadi 19 persen dan tercapainya Perjanjian Ekonomi Komprehensif antara Indonesia dan Uni Eropa.
Dan, hal itu berpotensi menurunkan tarif Eropa di masa depan.
Konsumsi kedelai Indonesia diperkirakan tetap stabil di 3 juta ton pada 2025/2026, terutama untuk industri tahu dan tempe.
Baca Juga: Indonesia dan Malaysia Bikin Harga Minyak Sawit Dunia Diproyeksi Tembus Rp19,6 Juta per Ton
Impor kedelai diperkirakan mencapai 2,7 juta ton, dengan 88 persen di antaranya berasal dari AS.
Meski harga kedelai global menurun, depresiasi rupiah membatasi aktivitas pembelian.
Artikel Terkait
Akhir September, Stok Minyak Sawit Mencapai 5 Juta Ton. Harga Minyak Gorengnya, Gimana?
Ekspor Minyak Sawit Naik di Tengah Tata Kelola yang Berantakan
Dipancing Diskon, Ekspor Minyak Sawit Indonesia Melonjak 53 Persen
Indonesia Minta India Terapkan Kebijakan Impor Minyak Sawit yang Lebih Pasti, ini Alasannya