KONTEKS.CO.ID - Pemerintahan Presiden AS Donald Trump mengaku telah menyita kapal tanker minyak di lepas Pantai Venezuela.
Penyitaan ini diperkirakan akan meningkatkan ketegangan antara AS dan Venezuela karena Trump melanjutkan kampanye 'tekanan maksimum'-nya.
Anggota Pemerintahan Trump mengkonfirmasi laporan bahwa Penjaga Pantai AS yang memimpin operasi menyita kapal tersebut pada Rabu 10 Desember 2025 sore.
Baca Juga: Nestapa Warga Bener Meriah Korban Banjir, 3 Jam Jalan Kaki Lewati Medan Terjal demi Sekarung Beras
Namun, hanya sedikit detail yang dirilis tentang keadaan penyitaan tersebut. “Kami baru saja menyita sebuah kapal tanker di lepas pantai Venezuela — kapal tanker besar, sangat besar, yang terbesar yang pernah disita,” kata Trump selama acara di Gedung Putih.
“Dan hal-hal lain sedang terjadi. Jadi Anda akan melihatnya nanti, dan Anda akan membicarakannya nanti dengan beberapa orang lain,” tambahnya.
Ketika dihadapkan dengan pertanyaan tentang kapal tanker tersebut pada pertemuan meja bundar dengan para pemimpin bisnis, Trump mendorong wartawan untuk “mengikuti kapal tanker” demi mengetahui lebih lanjut.
Ia juga menolak untuk mengidentifikasi pemilik kapal tersebut. Namun, ia menambahkan, “Saya berasumsi kita akan menyimpan minyak itu.”
Tak lama kemudian, Jaksa Agung Pam Bondi mengunggah di media sosial bahwa kapal tanker tersebut telah disita karena mengangkut “minyak yang dikenai sanksi dari Venezuela dan Iran”.
“Selama bertahun-tahun, kapal tanker minyak tersebut telah dikenai sanksi oleh Amerika Serikat karena keterlibatannya dalam jaringan pengiriman minyak ilegal yang mendukung organisasi teroris asing,” tulisnya.
Unggahannya disertai dengan video yang menunjukkan tentara AS turun ke kapal tanker dari helikopter militer. Bondi menjelaskan bahwa Departemen Pertahanan, Biro Investigasi Federal, dan Departemen Keamanan Dalam Negeri bekerja sama dengan Penjaga Pantai dalam operasi tersebut.
Pengambilalihan kapal tanker minyak tersebut kemungkinan akan memperparah ketegangan dengan Venezuela. Sebab Trump melanjutkan kampanyenya untuk tekanan maksimum terhadap negara Amerika Selatan itu.
Baca Juga: Ketika Prabowo Undang Putin Kunjungi Indonesia Memancing Gelak Tawa: Jangan ke India Saja