dunia

Fenomena Pabrik Miras di Negara Mayoritas Muslim Raup Cuan Rp157 Miliar, Padahal Penduduknya Dilarang Beli

Kamis, 13 November 2025 | 15:17 WIB
Pabrik miras Carew and Co yang beroperasi di negara dengan penduduk mayoritas Muslim membukukan rekor cuan atau keuntungan. (Foto: Dhaka tribune)

KONTEKS.CO.ID – Carew and Co. adalah fenomena ironi pabrik minuman keras atau miras di tengah negara berpenduduk mayoritas Muslim, Bangladesh.

Meskipun minuman beralkohol diatur secara ketat, perusahaan berhasil membukukan keuntungan USD10 juta atau setara Rp157 miliar.

Luar biasanya lagi, keuntungan itu didapat pada saat ekonomi negara dengan populasi Muslim terbanyak keempat di dunia itu tengah limbung akibat pergolakan politik.

Baca Juga: Gara-Gara BBM Langka, Konsumen Shell Terpaksa Pindah ke Pertamina dan Layangkan Gugatan

Carew and Co. adalah BUMN Bangladesh

Mengutip laman Macau Business, Kamis 13 November 2025, pabrik miras ini ternyata berstatus milik negara alias BUMN.

Dengan penduduk sebanyak 170 juta jiwa dan 90%-nya beragama Islam dan dilarang oleh negara untuk membeli produk-produknya, pencapaian perusahaan tentu luar biasa.

Carew and Co., yang didirikan di bawah kekuasaan Inggris pada 87 tahun lalu, menghasilkan keuntungan sebesar USD10 juta di tahun 2024–2025.

Baca Juga: Kemenkes Ubah Sistem Rujukan RS Pakai BPJS Jadi Berbasis Kompetensi, Begini Penjelasannya  

“Manajemen juga membayar pajak dengan jumlah yang sama,” kata Direktur Pelaksana Carew and Co. Rabbik Hasan.

“Ini adalah keuntungan tertinggi sejak perusahaan ini berdiri,” kata Hasan kepada AFP. “Kami memperkirakan pertumbuhan lebih lanjut di tahun mendatang.”

Bangladesh sendiri tengah menghadapi masa-masa yang sulit.

Pemberontakan massal pada Agustus 2024 telah menggulingkan pemerintahan otokratis Sheikh Hasina. Ia telah dikritik karena pelanggaran hak asasi manusia yang ekstensif dan mengambil sikap keras terhadap gerakan-gerakan Islamis selama 15 tahun pemerintahannya.

Baca Juga: MK Larang Anggota Polri Duduki Jabat Sipil

Sejak melarikan diri ke India, negara tetangga yang menentang perintah ekstradisi untuk menghadiri persidangan kejahatan terhadap kemanusiaannya, kelompok-kelompok Islamis semakin tegas.

Halaman:

Tags

Terkini