KONTEKS.CO.ID - Di Indonesia pernah heboh dugaan gratifikasi perjalanan keluarga Kaesang Pangarep dengan jet pribadi ke AS. Di Amerika Serikat lagi geger gratifikasi Donald Trump senilai USD400 juta keluarga Kerajaan Qatar.
Gratifikasi untuk Presiden AS itu berupa pesawat jet jumbo mewah Boeing 747-8. Sontak rencana pemberian dari keluarga Kerajaan Qatar itu telah memicu kritik atas legalitas dari hadiah asing terbesar yang pernah diterima oleh Pemerintah AS.
"Trump tengah bersiap untuk menerima Boeing 747-8 yang kemudian akan digunakannya sebagai Air Force One," kata empat sumber yang mengetahui rencana tersebut kepada NBC News, Senin 12 Mei 2025.
Baca Juga: Siswa Keracunan MBG di Bogor Sudah 223 Orang, Pemkot Bogor Sudah Tetapkan KLB
"Kepemilikan hadiah tersebut akan dialihkan ke Yayasan Perpustakaan Kepresidenan Trump setelah yang bersangkutan mengakhiri masa jabatan keduanya," kata dua sumber.
Seorang pejabat senior Departemen Kehakiman mengatakan kepada NBC News, bahwa Kantor Penasihat Hukum Departemen Kehakiman sudah menyiapkan sebuah memo. Nah memo itu disetujui oleh Jaksa Agung Pam Bondi, yakni persetujuan legalitas Departemen Pertahanan untuk menerima hadiah sebuah 747 dari Qatar.
Pesawat ini dirancang untuk digunakan sebagai Air Force One — dan kemudian dimaksudkan untuk diberikan kepada Trump setelah ia meninggalkan jabatannya. Memo tersebut belum dirilis ke publik.
Baca Juga: PSI Buka Pendaftaran Caketum dengan Syarat Ini Mulai Besok, Pemilu Raya Digelar di Kampung Kaesang Pangarep
Berbicara kepada wartawan di Gedung Putih pada hari Senin, Trump mengatakan, ada penundaan penerimaan pesawat dari pabrik Boeing yang membangun 747 tingkat dua.
"Anda melihat beberapa negara Arab dan pesawat-pesawat yang mereka parkir di samping pesawat Amerika Serikat, itu seperti dari planet yang berbeda," kata Trump.
"Saya sangat menghormati para pemimpin dan pemimpin Qatar. Mereka tahu tentang (penundaan produksi) karena mereka membeli Boeing, mereka membeli banyak Boeing, dan mereka tahu tentang itu. Lalu mereka berkata kami ingin melakukan sesuatu. Dan jika kami bisa mendapatkan 747 sebagai sumbangan untuk departemen pertahanan kami untuk digunakan selama beberapa tahun sementara mereka membangun yang lain, saya pikir itu adalah sikap yang sangat baik," puji Trump.
Pengaruh Asing
Anggota parlemen dari Partai Demokrat dan bahkan sekutu Trump dari Partai Republik, telah mengkritik tajam langkah yang dilaporkan tersebut.
Mereka sepakat sifat mewah dari hadiah tersebut menimbulkan masalah hukum dan etika yang serius. "Saya tidak tahu siapa yang perlu mendengar ini, tetapi TIDAK, Donald Trump tidak dapat menerima istana terbang senilai USD400 juta dari keluarga Kerajaan Qatar," cuit Senator AS untuk Vermont, Bernie Sanders, di platform X.
"Ini tidak hanya sangat korup, tetapi juga sangat tidak konstitusional. Kongres tidak boleh membiarkan kleptokrasi yang berlebihan ini berlanjut," tukas Sanders.
Baca Juga: Kabur dari Sidang, Januar Jawir Ditangkap Saat Temui Pacar di Cikarang
Sementara itu, Laura Loomer, sekutu sayap kanan Trump, mengatakan, menerima pesawat Qatar akan menjadi noda pada Pemerintahan Trump.
Namun, dalam sebuah unggahan di Truth Social, Trump tampaknya membela prospek Qatar menghadiahkan pesawat itu kepada pemerintahannya.
"Jadi fakta bahwa Departemen Pertahanan mendapatkan HADIAH, GRATIS, dari pesawat 747 untuk menggantikan Air Force One yang berusia 40 tahun, untuk sementara, dalam transaksi yang sangat terbuka dan transparan, sangat mengganggu para Demokrat yang licik sehingga mereka bersikeras kita membayar, MAHAL, untuk pesawat itu," cetus Trump. ***