KONTEKS.CO.ID - Kanselir Jerman, Olaf Scholz, enggan mengerahkan pasukan ke Ukraina seperti yang ingin dilakukan Inggris.
Dalam rapat darurat para pemimpin Eropa di Prancis, Senin 17 Februari 2025, Scholz mengatakan gagasan untuk mengerahkan pasukan penjaga perdamaian ke Ukraina sebagai keputusan 'prematur'.
Ia menilai saat ini bukan waktu yang tepat untuk membicarakan hal itu.
Baca Juga: Waspada Fintech Bermasalah: Investree Dicabut, KoinP2P dan iGrow dalam Sorotan OJK
"Terus terang saya cukup kesal dengan perdebatan ini," ucap Scholz kepada wartawan usai rapat, melansir dari Anadolu Agency.
"Orang-orang bicara atas nama Ukraina tentang hasil pembicaraan damai yang bahkan belum dimulai, yang belum disetujui Ukraina, dan itu bahkan belum ada di atas meja," lanjutnya.
Scholz saat itu menekankan bahwa negaranya akan terus mendukung Ukraina. Ia juga menekankan bahwa Ukraina harus dilibatkan dalam negosiasi perdamaian apa pun yang menyangkut negara itu.
Baca Juga: UU Minerba Sudah Sah: UMKM, Kampus hingga Ormas Kini Boleh Tambang Mineral dan Batu Bara
"Oleh karena itu, ini adalah perdebatan yang tidak pantas, karena digelar pada waktu yang salah dan membahas topik yang salah. Kami belum damai, kami masih di tengah perang yang dilancarkan secara brutal oleh Rusia," ujarnya.
Para pemimpin negara Eropa berkumpul di Prancis pada Senin, 17 Februari 2025, untuk membahas sejumlah isu. Mulai dari situasi di Ukraina, hubungan transatlantik, kemungkinan negosiasi damai, dan keamanan di Eropa.
Pertemuan itu digelar usai AS dan Rusia sepakat duduk bersama untuk membahas perang Rusia vs Ukraina. Delegasi AS dan Rusia dijadwalkan menggelar pertemuan awal pada Selasa, 18 Februari 2025 di Arab Saudi.
Baca Juga: Deddy Corbuzier Tak Bisa Sembarangan Ogah Ambil Gaji Stafsus Menhan
Pertemuan AS-Rusia itu pun membuat kalut negara Eropa lantaran tak melibatkan mereka maupun Ukraina, yang notabene negara Eropa dan hendak bergabung dengan NATO dan Uni Eropa.
Selama pertemuan di Istana Elysee, para pemimpin Eropa sempat terbelah karena masalah Ukraina. Beberapa negara berniat mengirim pasukan penjaga perdamaian ke Ukraina jika gencatan senjata tercapai. Negara lainnya, seperti Jerman, merasa terlalu dini membicarakan hal itu.
Artikel Terkait
Jerman Berduka, Dokter Asal Saudi Tabrakan Mobil ke Kerumunan Pasar Natal: 5 Tewas 200 Luka
Moskow Diguncang Bom, Incar Pimpinan Separatis Ukraina Pro-Rusia
Harga Minyak Dunia Tertekan, Prospek Damai Rusia-Ukraina dan Ancaman Tarif Trump Jadi Faktor Utama
AS dan Rusia Bertemu di Arab Saudi Bahas Perdamaian Ukraina, Kiev dan Eropa Ditinggalkan
Kena Palak Donald Trump, AS Minta 50 Persen Saham Sumber Daya Mineral Ukraina