Badai Salju Parah, Seribu Pendaki Terdampar Berhari-hari di Gunung Everest

KONTEKS.CO.ID –Hampir 1.000 pendaki yang sebelumnya terdampar di Gunung Everest telah berhasil dievakuasi oleh tim penyelamat setelah badai salju menjebak mereka di perkemahan di lereng Tibet.

Para pemandu gunung terkejut ketika hujan salju lebat dan hujan melanda lembah Tibet yang mengarah ke sisi timur Gunung Everest pada Jumat, 3 Oktober 2025.

Sekitar 900 orang, termasuk pendaki, pemandu, penggembala yak, dan pekerja lainnya, terjebak di perkemahan di tengah badai salju yang parah.

Baca Juga: Sempat Operasi Wasir, Begini Kondisi Kesehatan Nadiem Makarim dalam Sel Tahanan

“Saat itu, mereka terdampar di ketinggian lebih dari 16.000 kaki,” tulis BBC News, melansir Kamis 9 Oktober 2025.

Pada hari Minggunya, sekitar 350 pendaki berhasil mencapai kota kecil Qudang, dan pihak berwenang telah menghubungi 200 orang sisanya, sebut media China, CCTV.

“Sisa pendaki lainnya telah turun pada Selasa 7 Oktober, media China mengutip pemerintah setempat,” menurut Associated Press.

Baca Juga: Kejari Buka Suara! Ammar Zoni Terseret Jaringan Narkoba di Rutan Salemba, Fakta Baru Bikin Geger Publik!

Seorang pendaki China mengatakan, mereka takut tidur pada hari Sabtu lalu karena salju terus menumpuk di sekitar tenda. Kondisi itu mengharuskan para pendaki membersihkannya setiap 90 menit, lapor The Guardian.

Mereka kemudian memutuskan untuk turun keesokan harinya. “Dalam perjalanan, kami bertemu dengan ayah pemandu kami, yang datang mencarinya,” kenang pendaki itu. “Saat itulah kami mengetahui bahwa salju juga tebal di lembah. Penduduk desa, yang tidak dapat menghubungi anak-anak mereka di gunung, sangat khawatir.”

Pendaki lain, Chen Geshuang, mengatakan kepada BBC News, salju setebal satu meter saat kelompok itu turun pada hari Minggu.

Baca Juga: Nikita Mirzani Dituntut 11 Tahun Bui dan Denda Rp2 Miliar

"Kami semua pendaki berpengalaman," ujarnya. "Namun, badai salju ini tetap sangat sulit dihadapi. Saya sangat beruntung bisa selamat."

Sementara itu, Dong Shuchang mengatakan, sejumlah orang dalam kelompok pendakiannya menunjukkan tanda-tanda hipotermia.