KONTEKS.CO.ID - Gunung es raksasa A23a kini menjadi sorotan dunia setelah dilaporkan mulai pecah menjadi beberapa potongan besar.
Fenomena ini menarik perhatian ilmuwan, mengingat ukuran A23a yang masif dan potensi dampaknya terhadap ekosistem laut serta perubahan iklim global.
A23a awalnya terbentuk setelah terlepas dari lapisan es Filchner-Ronne, Antartika pada 1986.
Baca Juga: Nasaruddin Umar Minta Maaf, Sorotan Beralih ke Perbandingan Gaji Guru Indonesia dan Asia
Gunung es ini memiliki berat mencapai 1,1 triliun ton dan luas sekitar 3.672 km², lebih besar dari Pulau Bali.
Namun, ukurannya kini menyusut drastis menjadi hanya 1.700 km², setara dengan luas wilayah Greater London.
Perubahan ini menandai fase kehancuran A23a yang semakin cepat.
Perjalanan Panjang A23a di Laut Antartika
Selama lebih dari 30 tahun, A23a tertahan di dasar Laut Weddell. Baru pada 2020, gunung es ini mulai bergerak akibat mencairnya bagian bawah yang membuatnya terlepas dari dasar laut.
Perjalanan A23a penuh rintangan, sempat terjebak di kolom Taylor (pusaran laut besar), kandas di landas kontinen pada Maret 2025, hingga akhirnya kembali mengapung pada Mei.
Saat ini, A23a terbawa arus Southern Antarctic Circumpolar Current Front (SACCF) menuju wilayah South Georgia di Samudra Atlantik Selatan.
Baca Juga: Aplikasi Paylater, Solusi Praktis atau Jerat Utang Baru? Risiko dan Manfaat yang Wajib Kamu Tahu
Menurut Andrew Meijers, oseanografer dari British Antarctic Survey (BAS), A23a mengalami nasib serupa dengan megaberg lainnya, seperti A68 dan A76, yang juga hancur di sekitar South Georgia.
Bedanya, A23a bertahan lebih lama sebelum akhirnya pecah.
Dengan mulai runtuhnya A23a, kini gelar gunung es terbesar di dunia dipegang oleh D15a yang memiliki luas sekitar 3.000 km².
Artikel Terkait
Fenomena Matahari di Atas Ka'bah: Waktu Terbaik untuk Cek Arah Kiblat
Tips Melihat Embun Es di Dieng: Fenomena Langka yang Sayang Dilewatkan
Mengintip Fenomena Treatonomics, Kemewahan Kecil Pereda Pilu Gen Z di Tengah Krisis Ekonomi
Fenomena Langka! Gerhana Bulan Total Hiasi Langit Indonesia pada 7 September 2025
5 Fakta Gerhana Bulan Merah Darah 7–8 September 2025: Bisa Disaksikan di Indonesia!