KONTEKS.CO.ID - Mantan Perdana Menteri Israel Naftali Bennett menyerukan pengunduran diri Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, menyusul eskalasi krisis politik dan sosial yang semakin dalam di dalam negeri.
Dalam wawancara dengan kantor berita AFP, Bennett menilai Netanyahu telah terlalu lama memegang kekuasaan dan turut bertanggung jawab atas polarisasi di tengah masyarakat Israel.
“Netanyahu telah berkuasa selama 20 tahun. Itu terlalu lama dan tidak sehat. Ia memikul tanggung jawab besar atas perpecahan di masyarakat Israel. Netanyahu harus mundur,” kata Bennett, Minggu, 29 Juni 2025.
Baca Juga: OTT KPK Jerat Topan Ginting, Gubernur Bobby Nasution juga Ikut Tinjau Kondisi Jalan
Bennett, yang sempat menjadi lawan politik utama Netanyahu, pernah menduduki kursi perdana menteri pada 2021 setelah membentuk pemerintahan koalisi yang menumbangkan Netanyahu. Namun, kekuasaan Bennett tak bertahan lama. Pemerintahannya runtuh dan Netanyahu kembali menjabat perdana menteri usai pemilu 2022.
Menurut Bennett, manuver politik Netanyahu telah menyebabkan kebuntuan pengambilan kebijakan di Israel.
“Pengelolaan politik negara ini adalah bencana karena ketidakmampuan pemerintah Netanyahu untuk mengambil keputusan,” tegasnya.
Baca Juga: Transaksi Jumbo Saham Bank Nobu Senilai Rp3,79 Triliun Terkait Masuknya Raksasa Korea Hanwha
Skandal dan Tekanan Politik
Desakan mundur terhadap Netanyahu kian menguat seiring terungkapnya berbagai skandal yang membelit dirinya. Ia tengah menghadapi dakwaan dalam kasus korupsi, termasuk tuduhan menerima gratifikasi barang-barang mewah senilai lebih dari USD260.000 dari para miliarder sebagai imbalan bantuan kebijakan.
Selain kasus hukum, Netanyahu juga menghadapi penurunan kepercayaan publik. Berbagai jajak pendapat menunjukkan melemahnya dukungan terhadap pemerintahan koalisi kanan-ultra yang dipimpinnya, terutama setelah reformasi peradilan yang kontroversial dan meningkatnya konflik dengan warga Palestina.
Demonstrasi antipemerintah yang menuntut pengunduran dirinya terus bergulir sejak tahun lalu, memperlihatkan ketidakpuasan publik atas gaya kepemimpinannya yang dianggap otoriter dan tidak akomodatif.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari kantor Perdana Menteri terkait pernyataan Bennett tersebut. ***
Artikel Terkait
'Bersih-Bersih' Usai Perang dengan Israel, Iran tangkap 700 Orang Mata-Mata Agen Mossad
Perang Israel-Iran Berkecamuk, Sufmi Dasco Imbau WNI di Wilayah Konflik Tetap Tenang: Pemerintah Lanjutkan Evakuasi
400 Lebih Warga Gaza Ditembak Mati IDF saat Antre di Pusat Bantuan Buatan Israel dan AS, PBB: Kejahatan Perang!
Presiden Prabowo dan PM Malaysia Anwar Ibrahim Bahas Perang Iran dan Israel, Serukan Gencatan Senjata Permanen
Mengenal Nostradamus, Peramal Asal Prancis yang Meramal Perang Dunia III Mulai dari Timur Tengah, Kini Pecah Perang Iran versus Israel