KONTEKS.CO.ID - Pemerintah China secara resmi mengonfirmasi tercapainya kesepakatan kerangka dagang baru dengan Amerika Serikat (AS) yang mencakup pelonggaran pembatasan pada ekspor logam tanah langka (rare earth) dan teknologi. Pengumuman tersebut dirilis oleh Kementerian Perdagangan China pada Jumat, 28 Juni 2025 sore.
Dalam pernyataannya, Kementerian menyebut bahwa pihaknya akan meninjau dan menyetujui aplikasi ekspor untuk barang-barang yang masuk dalam aturan pengendalian ekspor.
Sebagai timbal balik, AS akan mencabut sejumlah langkah pembatasan yang selama ini diberlakukan terhadap Beijing, termasuk di sektor teknologi dan kebijakan visa pelajar. Namun, kedua pihak belum merinci jenis barang atau pembatasan yang akan dicabut.
"Ini adalah hasil dari kerja sama yang penuh semangat dan niat baik antara kedua negara," demikian dikutip pernyataan resmi Kementerian Perdagangan China.
Hasil Pembicaraan Tingkat Tinggi
Kesepakatan ini dicapai dalam rangkaian pembicaraan tingkat tinggi antara Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan Wakil Perdana Menteri China He Lifeng di London, awal Juni lalu. Pertemuan tersebut berlangsung di tengah ketegangan yang meningkat akibat lambatnya pelonggaran ekspor rare earth oleh China serta pembatasan teknologi dan visa dari pihak AS.
Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengklaim telah "menandatangani kesepakatan dengan China", yang kemudian diklarifikasi oleh pejabat Gedung Putih sebagai pemahaman tambahan atas pelaksanaan kesepakatan Jenewa.
Kesepakatan Jenewa pada pertengahan Mei lalu menjadi landasan bagi penangguhan tarif dagang selama 90 hari, serta pencabutan sebagian pembatasan perdagangan lainnya antar kedua negara.
Analis: Detail Masih Kabur
Meski dianggap sebagai langkah positif dalam meredakan ketegangan, para analis menilai rincian kesepakatan masih belum jelas.
“Pernyataan ini menggembirakan, tapi kita tetap harus realistis,” kata Alfredo Montufar-Helu, penasihat senior untuk China Center di The Conference Board.
Ia menyoroti tidak adanya detail mengenai jenis rare earth yang dibebaskan dari pembatasan, meskipun disebutkan bahwa komponen magnet menjadi salah satu fokus.
Kedua negara disebut masih memperlakukan logam tanah langka sebagai instrumen negosiasi strategis, sehingga hambatan ekspor kemungkinan tetap ada dalam beberapa bentuk.
Artikel Terkait
Pesawat Kiamat Trump Melintasi Langit Amerika, Kode Rahasia ORDER01 Jadi Sorotan
Viral Daun Surga dari Kalimantan Diminati Amerika, Kratom Jadi Komoditas Ekspor Bernilai Miliaran
Iran Siap Balas Serangan AS, Ancam Tutup Selat Hormuz dan Serang Armada Laut Amerika
Amerika Serikat Bantu Israel Serang Iran, Prabowo Siapkan Evakuasi WNI dari Kawasan Konflik
Belum Puas 4 Gelar, Pelatih Naga Api Dorong Ganda Putra Malaysia Juara Japan Open dan China Open 2025