KONTEKS.CO.ID - FBI bersama Departemen Luar Negeri AS secara resmi memasukkan Baoxia “Emily” Liu ke dalam daftar buronan “Most Wanted”, dan menawarkan hadiah hingga US$15 juta bagi siapa saja yang memberikan informasi yang mengarah pada penangkapannya.
Warga Negara Tiongkok itu diduga telah menyelundupkan teknologi senjata drone asal AS ke Iran selama bertahun-tahun.
Tidak sendiri Baoxia Liu, bekerja bersama tiga rekannya, Li Yongxin alias Emma Lee, Yung Yiu Wa alias Stephen Yung, dan Zhong Yanlai alias Sydney Chung.
Baca Juga: Alarm! Kemenperin Minta Industri Dalam Negeri Bersiap Kena Hantaman Imbas Perang Iran vs Israel
Mereka dituduh menjalankan operasi ilegal mengekspor komponen elektronik yang dikendalikan oleh peraturan ekspor AS melalui Tiongkok dan Hong Kong, untuk akhirnya sampai ke entitas yang terafiliasi dengan Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) dan Kementerian Pertahanan Iran (MODAFL).
Barang-barang tersebut memiliki fungsi ganda (dual-use) dan dapat digunakan dalam pembuatan sistem rudal balistik, kendaraan udara tak berawak (UAV), dan perangkat militer lainnya.
Perusahaan Cangkang di Tiongkok dan Hong Kong
Menurut Departemen Luar Negeri AS, skema penyelundupan ini telah berlangsung sejak 2007. Liu dan komplotannya menggunakan perusahaan front (perusahaan cangkang) di Tiongkok untuk mengelabui eksportir AS.
Baca Juga: Puluhan Jemaah Haji Indonesia Positif COVID-19 di Arab Saudi
Mereka memalsukan dokumen pengguna akhir sehingga produk AS yang semestinya tidak boleh diekspor ke Iran, justru dikirim melalui Tiongkok dan akhirnya masuk ke tangan perusahaan seperti Shiraz Electronics Industries (SEI) dan Rayan Roshd Afzar yang dikenal memiliki hubungan erat dengan IRGC.
Dalam pernyataannya, Departemen Luar Negeri AS menegaskan bahwa teknologi ini memperkuat kemampuan militer Iran, termasuk pasokan senjata ke kelompok-kelompok proksi seperti Hamas, Hizbullah, dan milisi di Irak dan Yaman.
Keterlibatan Liu dalam menyuplai senjata ke Iran ini menjadi sorotan karena muncul di tengah memuncaknya ketegangan antara Iran dengan Israel.
Baca Juga: Mantan Ketua DPRD Jatim Kusnadi Diperiksa KPK Terkait Korupsi Dana Hibah Pokmas
Dalam keterangannya, Departemen Luar Negeri AS juga menyebut IRGC secara rutin menggunakan perusahaan-perusahaan cangkang untuk menyamarkan aliran dana, menghindari sanksi, serta memperoleh teknologi yang seharusnya tidak bisa mereka akses secara legal.
Artikel Terkait
Amerika Serikat Siap Serang Iran Usai Pernyataan Tak akan Menyerah ke Israel
Kim Jong Un Ultimatum Trump dan Sekutu: Jangan Sulut Api Perang Iran–Israel
Presiden Keenam RI SBY Memperingatkan Potensi Malapetaka Global Jika Perang Iran-Israel Tidak Terkendali
Indonesia Mulai Evakuasi WNI dari Iran Pakai Jalur Darat
Alarm! Kemenperin Minta Industri Dalam Negeri Bersiap Kena Hantaman Imbas Perang Iran vs Israel