KONTEKS.CO.ID - Rusia menuduh para pemimpin politik Australia memainkan apa yang disebut 'kartu Rusia’.
Hal itu disampaikan dalam sebuah peringatan tertulis, setelah muncul kekhawatiran terkait kemungkinan pangkalan militer Rusia di Indonesia.
Situs intelijen militer AS, Janes, melaporkan pekan lalu bahwa Moskow secara resmi telah mengajukan permintaan untuk menempatkan pesawat militer di Lanud Manuhua, Biak Numfor, Papua, sekitar 1.300 kilometer utara Darwin.
Pejabat Indonesia sejak itu membantah kemungkinan pendirian pangkalan tersebut, tetapi belum mengonfirmasi apakah permintaan itu memang pernah diajukan.
Menanggapi laporan media yang penuh kekhawatiran, Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Sergei Tolchenov, menyatakan kerja sama militer antara Rusia dan Indonesia merupakan "bagian integral dari hubungan antarpemerintah".
Atas alasan itu Dubes Rusia mempertanyakan mengapa Australia merasa khawatir.
"Sulit dibayangkan warga Australia biasa akan peduli dengan apa yang terjadi 1.300 kilometer dari wilayah mereka," kata Dubes Tolchenov.
"Ini tentang urusan antara negara-negara berdaulat lain yang tidak ada hubungannya dengan Australia," tulis Tolchenov, lagi.
Kerja sama semacam itu disebutnya bertujuan memperkuat kemampuan pertahanan kedua pihak.
Tidak ditujukan kepada negara ketiga mana pun dan tidak menimbulkan ancaman bagi keamanan kawasan Asia-Pasifik.
"Australia tidak berhak mengklaim kepentingan nasionalnya mencakup wilayah negara tetangga yang berdaulat, dan memiliki kebijakan luar negeri yang aktif serta independen."
Tolchenov kemudian menuding balik Australia atas aktivitas militernya yang "sangat mengkhawatirkan".
Termasuk keterlibatan dalam pakta keamanan AUKUS, dan menuduh para pemimpin Australia "memainkan apa yang disebut 'kartu Rusia’".
"Sudah jelas para pemimpin dua partai politik utama, yang saling bergantian berkuasa dan menyebutnya demokrasi, kini saling berlomba memanaskan situasi," ujarnya.
Artikel Terkait
Dubes Sergei Tolchenov Jawab Kabar Rusia Ingin Tempatkan Pesawat Militer di Biak Numfor Papua
Indonesia Bidik Rusia sebagai Pasar Baru di Tengah Kebijakan Tarif AS