"Kalau bisa semua lah diangkat," lanjutnya.
Ketegangan di lokasi sempat meningkat ketika sejumlah ibu-ibu yang menyaksikan langsung aktivitas tersebut tak mampu menahan kekesalan.
Jangan Rakus Kalian, Nanti Diazab
Mereka menilai tindakan hanya mengambil kayu bernomor sebagai wujud keserakahan yang dilakukan di atas penderitaan korban bencana.
Umpatan dan kecaman pun terlontar, mencerminkan akumulasi emosi warga yang merasa wilayahnya hanya dijadikan ladang kepentingan oleh oknum tertentu.
"Jangan rakus kalian, nanti diazab oleh Allah!" tegas seorang warga dengan nada penuh amarah.
Baca Juga: Polri Temukan Lahan Asal Kayu Gelondongan di Garoga-Anggoli dan Sita 3 Alat Berat
Hingga kini, warga Aceh Tamiang mendesak adanya transparansi dan keterlibatan pihak berwenang untuk memastikan proses pembersihan pascabanjir dilakukan secara adil dan menyeluruh.
Mereka menegaskan bahwa pemulihan bencana tidak boleh disusupi kepentingan ekonomi sepihak.
Fenomena ini menambah daftar panjang keprihatinan warga yang belum sepenuhnya pulih dari dampak banjir bandang.
Di tengah upaya bangkit dari bencana, mereka kini justru harus menghadapi kenyataan pahit bahwa penderitaan mereka masih dibayangi oleh dugaan praktik gerombolan manusia serakah yang tak punya empati.***
Artikel Terkait
Polri Naikkan Kasus Kayu Gelondongan di Garoga dan Anggoli ke Tahap Penyidikan
Polri Temukan Lahan Asal Kayu Gelondongan di Garoga-Anggoli dan Sita 3 Alat Berat
Misteri Kayu Gelondongan di Sumut Temui Titik Terang, Kapolri: Tersangka Sudah Kita Temukan!
17 Orang Diperiksa Bareskrim Polri dalam Kasus Kayu Gelondongan Bencana Sumatra
Kapolri: Satu Korporasi Jadi Tersangka dalam Kasus Kayu Gelondongan yang Hanyut di Sumatra