KONTEKS.CO.ID - Sosok dr. Aaron Franklyn Suaduon Simatupang, seorang dokter dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) belakangan jadi sorotan publik usai tindakannya yang heroik dalam proses penyelamatan korban ambruknya bangunan musala di Komplek Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
Dokter muda berusia 31 tahun itu melakukan tindakan medis ekstrem yakni amputasi darurat di lokasi kejadian untuk menyelamatkan seorang santri bernama Nur Ahmad yang terjebak di bawah reruntuhan beton.
Keputusan melakukan amputasi diambil setelah tim penyelamat menilai kondisi lengan kiri Nur Ahmad yang tertindih beton sudah sangat kritis.
Baca Juga: Progres Capai 60 Persen, Evakuasi Korban Musala Ambruk di Sidoarjo Ditarget Rampung Besok
Tindakan tersebut dilakukan di bawah supervisi dr. Larona Hydravianto, Spesialis Ortopedi dan Traumatologi RSUD R.T. Notopuro Sidoarjo.
Tim gabungan sempat menghadapi dilema berat antara dua pilihan sulit yaitu menunggu proses pengangkatan beton dengan risiko kehilangan banyak darah atau melakukan amputasi langsung di tempat.
Akhirnya, dengan berbagai pertimbangan medis dan situasi di lapangan yang mendesak, dr. Aaron memutuskan untuk melakukan amputasi di lokasi kejadian.
“Pikiran saya, sudah siap mati sama pasien kalau bangunan itu runtuh. Karena itu sangat berbahaya, salah gerak sedikit ambruk,” ungkap dr. Aaron di RSUD R.T. Notopuro Sidoarjo, Kamis, 2 Oktober 2025 malam.
Peristiwa dramatis itu terjadi pada malam Senin, beberapa jam setelah bangunan musala di kompleks pesantren ambruk dan menimbun puluhan orang di bawahnya.
Dalam kondisi minim pencahayaan dan ruang gerak terbatas, dr. Aaron harus merayap masuk ke sela-sela puing beton untuk menggapai korban.
Baca Juga: Tragedi Musala Ponpes Al-Khoziny Ambruk, BNPB Sebut 27 Korban Reruntuhan Masih Dicari
Di dalam reruntuhan, ia bekerja bersama beberapa tenaga medis dan relawan yang bertugas di pos berbeda karena sulitnya medan. Tindakan amputasi dilakukan sekitar 10 menit, di bawah tekanan dan risiko bangunan yang bisa ambruk kembali kapan saja.
“Kita bawa keluar itu less, tidak banyak darah yang keluar,” terangnya seraya bersyukur karena proses penyelamatan berjalan lancar.
Artikel Terkait
Tragedi Musala Ponpes Al Khoziny Ambruk: Korban Jiwa Tembus 14 Orang, 103 Selamat, 14 Masih Dicari
Satu Korban Gedung Musala Ponpes Al Khoziny Ambruk Ditemukan dalam Kondisi Tubuh Tak Lengkap, Total Korban Jadi 37 Orang
Tragedi Musala Ponpes Al-Khoziny Ambruk, BNPB Sebut 27 Korban Reruntuhan Masih Dicari
Progres Capai 60 Persen, Evakuasi Korban Musala Ambruk di Sidoarjo Ditarget Rampung Besok