KONTEKS.CO.ID – Kondisi perekonomian yang tengah tak biasa ikut merembet ke industri otomotif. Penjualan mobil di Indonesia hingga menjelang akhir tahun terpantau lesu.
Sejumlah cara produsen kendaraan tempuh guna menarik perhatian konsumen belanja di showroom. Mulai dari program pembelian sampai ke peluncuran produk baru.
Sayangnya, upaya itu kurang memberikan dampak maksimal. Sebab grafik penjualan mobil belum juga menunjukkan peningkatan. Untuk itu, diperlukan intervensi dari pemerintah supaya masyarakat tertarik membeli mobil baru.
Baca Juga: Apple Segera Rilis iPhone Lipat, Siap Guncang Pasar Smartphone Premium
Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Kukuh Kumara, pun memberikan solusi kepada pemerintah.
Ia merekomendasikan pemerintah kembali memberikan insentif seperti zaman COVID-19. Insentif yang diberikan saat itu terbukti mendongkrak angka penjualan kendaraan baru.
"Kalau bicara itu (pasar lesu) kan kita pernah belajar pada waktu pandemi. Kondisi yang sangat sulit, saat pasar hanya tinggal 530 ribu unit. Kita waktu itu berdialog dengan pemerintah, dan kemudian muncul PPnBM DTP," ungkap Kukuh di Jakarta, melansir Jumat 31 Oktober 2025.
Baca Juga: Ada MBG, TNI AD Buka 1.300 Hektare Lahan Tanam dan Ternak Ayam untuk Cegah Inflasi
Untuk pembaca ketahui, insentif Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) Ditanggung Pemerintah (DTP) pada masa pandemi bertujuan mendorong penjualan kendaraan bermotor dan industri pendukung otomotif.
Pemerintah memberikan program secara bertahap dengan diskon bervariasi untuk segmen dan kapasitas mesin mobil berbeda. Misalnya, diskon 100 persen untuk kendaraan hingga 1.500 cc di awal, yang kemudian berangsur turun hingga 50% dan 25%.
Kebijakan itu diyakini Gaikindo akan berhasil di masa ekonomi sulit seperti saat ini. Karena pasar terbesar ada di kelas menengah yang sekarang masih menahan pembelian mobil baru.
Baca Juga: Danantara Tak Mau Urus Perum, Buka Pintu Jika Damri dan Bulog Diubah Jadi PT
Kukuh merasa dengan adanya insentif pasar akan kembali bergairah lantaran harga mobil baru bakal turun.
"Itu kan kekhawatiran juga terjawab. Insentif yang seperti itu ada potential gain, ada potential loss. Potential loss-nya dihitung, dikaji, selama 3 bulan itu Rp3 triliun. Tapi potensial gain-nya Rp5 triliun. Artinya masih menguntungkan. Di saat yang sama, volume (penjualan) menjadi naik," paparnya.
Gaikindo juga sudah berkomunikasi dengan pemerintah mengenai kemungkinan insentif tersebut diterapkan kembali. Namun, ia belum tahu apakah hal tersebut akan diterapkan oleh pemerintah.
Artikel Terkait
GIIAS 2023 Dibuka Resmi, Bos Gaikindo Pamer Keberhasilan Industri Otomotif Indonesia
Laporan Gaikindo, Penjualan Kendaraan di Indonesia Turun 5 Persen
Gaikindo Ungkap Industri Otomotif Nasional sedang Menghadapi Tantangan Besar, Begini Solusinya
Malaysia Kejar Indonesia dalam Jumlah Penjualan Mobil Baru, Gaikindo Beri Analisis
Gaikindo Ngeluh, Pemerintah Tarik Investor Baru tapi Benamkan Pemain Otomotif Lama