Setelah dipanen, bulu angsa melalui serangkaian proses panjang mulai penyortiran, pencucian, pengeringan, hingga perakitan sebelum akhirnya menjadi shuttlecock siap pakai.
Kini, Lu’an bukan hanya pemasok bahan baku, tetapi juga tumbuh menjadi sentra manufaktur yang memproduksi shuttlecock bagi berbagai merek China maupun internasional.
Baca Juga: Kapan Cold Supermoon Malam Ini Tampak di Langit Indonesia? Cek Jadwal Penampakannya di Sini!
Nilai ekspor produk badminton dari kota ini tahun lalu mencapai 21 juta yuan atau sekitar USD3 juta dolar AS (Rp50 miliar), meningkat 8,2 persen dibanding tahun sebelumnya.
Di Kota Xin’an, salah satu kawasan industri dalam wilayah Lu’an, berdiri sejumlah pabrik yang melayani merek-merek ternama seperti Yonex, RSL, dan Kawasaki.
Setiap tahun, kawasan ini memproduksi sekitar 3,6 juta tabung shuttlecock yang dipasarkan ke lebih dari 10 negara, termasuk Indonesia, Malaysia, dan Thailand.
Baca Juga: Transaksi Harbolnas 2025 Ditargetkan Tembus Rp35 Triliun, Desember ini Enam Hari Penuh
Kemajuan produksi juga didukung penerapan teknologi baru.
Di pabrik Yuxiang Sporting Goods, proses penyortiran bulu kini dilakukan menggunakan mesin cerdas berbasis AI.
Perangkat itu mampu memilah bulu menjadi 21 kategori hanya dalam waktu singkat.
Baca Juga: Catat, Menhut Raja Juli Janji Usut Tuntas Asal Kayu Gelondongan Saat Banjir Bandang di Sumatra
“Kalau disortir manual, seorang pekerja hanya mampu memproses sekitar 20 ribu bulu per hari. Mesin ini bisa mencapai 250 ribu,” ujar Zhang Xinsheng, pimpinan perusahaan, seperti dilansir dari Xinhua.
Mesin tersebut dikembangkan bekerja sama dengan sebuah universitas di Tiongkok dan kini memasuki generasi keempat.
Pabrik itu mampu memproduksi hingga 800 ribu tabung shuttlecock per tahun dan menjadi salah satu pemasok utama bagi Yonex.
Artikel Terkait
BWF Dorong Penggunaan Shuttlecock dari Bahan Sintetis, Begini Respons Atlet
Remaja Kanada Sulap Shuttlecock Bekas Jadi Aksi Cinta Lingkungan
Merek Shuttlecock Lokal yang Cocok untuk Latihan dan Bertanding
Ronald Cheong, Kisah Lelaki Tua Menyulam Kembali Terbangnya Shuttlecock