Dari yang semula dijalankan tiga orang di ruang bawah tanah rumah Anya, kini mereka memiliki puluhan relawan.
Baca Juga: Deretan Mobil Listrik yang Jadi Pesaing BYD Atto 1: Spesifikasi dan Fitur Terbaru
Produk mereka pun beragam, dengan desain dan tema dekoratif yang terus diperbarui.
“Kami bahkan berencana membuat video tutorial di media sosial agar lebih banyak orang bisa ikut mencoba,” kata Anya.
Inspirasi Anya datang setelah menonton kisah Julie Church, seorang konservasionis asal Kenya yang mendaur ulang sandal jepit bekas menjadi patung berwarna-warni melalui program Ocean Sole.
Baca Juga: Rexy Mainaky Incar Dua Emas Ganda untuk Malaysia di SEA Games 2025 Thailand
Kisah itu menggugah Anya untuk melakukan hal serupa lewat olahraga yang ia cintai, bulu tangkis.
“Awalnya saya hanya bereksperimen karena suka membuat kerajinan tangan. Shuttlecock terlalu besar untuk perhiasan, tapi ternyata sangat cocok untuk gantungan kunci unik, ringan, dan mudah dibuat,” jelasnya.
Baginya, Birdie UP bukan sekadar proyek seni, melainkan gerakan untuk menunjukkan bahwa kepedulian terhadap lingkungan bisa dimulai dari hal kecil.
Baca Juga: Barcelona Menang Telak atas Olympiacos, Hansi Flick: Modal Besar Jelang El Clasico!
“Saya ingin anak muda tahu bahwa mencoba itu penting. Kegagalan bukan akhir, tapi langkah menuju keberhasilan,” kata Anya.
Kini, Birdie UP Canada terus tumbuh dan menjadi inspirasi bagi banyak generasi muda di Kanada untuk berkarya sambil menjaga bumi.
“Kami ingin menunjukkan bahwa bahkan dari shuttlecock bulu tangkis bekas pun, kita bisa menciptakan sesuatu yang indah dan bermanfaat,” ujarnya.***
Artikel Terkait
Jumlah Bulu dalam Shuttlecock Bulu Tangkis Harus 16, Ini Alasannya
Pasar Shuttlecock Bulu Tangkis Diprediksi Tembus Rp19,5 Triliun pada 2032
BWF Klaim Kekurangan Shuttlecock Belum sampai Krisis, Tapi?
Industri Shuttlecock Goyah Gara-Gara Angsa dan Bebek
BWF Dorong Penggunaan Shuttlecock dari Bahan Sintetis, Begini Respons Atlet