KONTEKS.CO.ID - Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) menyatakan kekurangan shuttlecock atau kok yang tengah terjadi belum mencapai tingkat “krisis.
Namun, BWF menekankan produsen harus segera menyelesaikan masalah rantai pasok.
Sekjen BWF Thomas Lund menyatakan perlunya percepatan pengembangan alternatif bulu sintetis.
Baca Juga: Sempat Cedera, Jonatan Christie Yakin Bisa Tampil All Out di BWF World Championships 2025 Paris
Itu supaya pemain badminton di seluruh dunia tetap dapat bermain dengan lancar.
“Jadi kami tetap menyadari tantangan rantai pasok global dan kenaikan harga shuttlecock berbulu,” kata Thomas Lund, seperti dikutip dari PTI.
“Tantangan itu bisa berdampak pada komunitas bulu tangkis di seluruh dunia,” tambah Lund.
Baca Juga: Pasar Shuttlecock Bulu Tangkis Diprediksi Tembus Rp19,5 Triliun pada 2032
Menurut laporan L’Equipe, kelangkaan shuttlecock dipicu perubahan kebiasaan makan di China.
Masyarakat kini lebih memilih daging babi dibandingkan bebek dan angsa, yang sebelumnya menjadi sumber utama bulu kok.
Penurunan populasi bebek dan angsa ini menyebabkan kelangkaan bulu, sekaligus melonjaknya harga shuttlecock di pasar global.
Baca Juga: BWF 2025: Dua Pasangan Eropa Disebut Jadi Kuda Hitam, Indonesia Jadi Lapar Gelar
Di India, lonjakan harga ini terasa cukup signifikan.
Harga shuttlecock berkualitas tinggi hampir tiga kali lipat dalam setahun terakhir, dari sekitar 1.200 rupee menjadi lebih dari 3.000 rupee per tabung.
Artikel Terkait
Daftar Raket dengan Smes Tercepat di Dunia, Pemegang Rekor dari India
Gantung Raket, The Minion Kevin Sanjaya Melesat Jadi Direktur MNC Vision Networks, Perusahaan Milik Hary Tanoe
Biaya Main Padel: Raket, Sepatu, dan Perlengkapan Lengkap untuk Pemula
6 Rekomendasi Senar Raket Badminton Terbaik dan Awet, Bikin Smash Kamu Makin Galak!