KONTEKS.CO.ID - Minggu, 2 November 2025, Solo berduka. Raja Keraton Surakarta Hadiningrat, Paku Buwono XIII, berpulang di usia 77 tahun.
Selama memimpin, PB XIII dikenal gigih menjaga tradisi dan naskah klasik, menjadikan Keraton Surakarta tetap relevan di era modern.
“PB XIII adalah simbol Surakarta, bukan sekadar raja,” ujar sejarawan lokal.
Jejak Panjang Takhta Solo
Keraton Surakarta dimulai PB II pada 1745, sejak itu kepemimpinan diwariskan generasi ke generasi.
Dari PB III hingga PB XII, setiap raja meninggalkan kontribusi budaya, karya sastra, dan pembangunan penting, termasuk Masjid Agung, Taman Balekambang, dan karya sastra klasik.
Warisan PB XIII dan Pelantikan PB XIV
Lahir 28 Juni 1948, PB XIII memimpin dua dekade terakhir. Ia dikenal dekat dengan masyarakat, menjaga tradisi, sekaligus memperkuat nilai budaya di tengah modernisasi.
Putra PB XIII, KGPAA Hamangkunegoro, resmi menjadi Pakubuwono XIV pada 5 November 2025, menjelang pemberangkatan jenazah PB XIII ke Makam Raja-Raja Mataram Imogiri, Bantul. Era baru kepemimpinan Solo pun dimulai.
“Tanggung jawab besar menanti, namun saya siap melanjutkan warisan leluhur,” kata PB XIV.
Sejarah Raja Solo dari Masa ke Masa
Dari PB II hingga PB XIII, setiap raja memberi warna berbeda bagi budaya Jawa. Kepemimpinan mereka membentuk Keraton Surakarta menjadi simbol kebanggaan masyarakat, sekaligus pusat pelestarian nilai-nilai tradisi.
1. Paku Buwono II (1745-1749)