KONTEKS.CO.ID - Salah satu keluarga korban tewas dalam insiden ledakan saat pemusnahan amunisi di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Garut, angkat bicara terkait pemberitaan yang menyebut korban sebagai pemulung besi tua.
Beberapa keluarga menyatakan bahwa keluarga mereka bukan pemulung, melainkan pekerja resmi dalam kegiatan pemusnahan amunisi milik TNI.
“Saya sangat tidak terima kalau adik saya disebut pemulung. Dia ikut kerja resmi, dan sudah sering ikut kegiatan seperti ini. Dia bukan orang luar yang nyelonong masuk,” ujar Yana, kakak salah satu korban.
Baca Juga: Pascapeledakan Amunisi Afkir TNI, Berebut Tembaga Menggadaikan Nyawa
Menurut pihak keluarga, korban yang dimaksud telah bekerja membantu aktivitas pemusnahan amunisi atas arahan personel militer. Mereka meminta pihak berwenang dan media berhati-hati dalam memberikan label yang bisa menyakitkan keluarga yang sedang berduka.
Agus (55), kakak kandung dari salah satu korban tewas bernama Rustiwan, menyatakan bahwa adiknya bekerja membantu personel TNI dalam proses pemusnahan amunisi, bukan sekadar pemulung seperti yang ramai diberitakan.
“Saya sangat keberatan kalau adik saya disebut pemulung. Adik saya itu kerja untuk TNI, bantu proses pemusnahan. Dia bukan orang yang sembarangan masuk lokasi,” ujar Agus.
Baca Juga: Ternyata Selain Usulan Pemakzulan Gibran, Terungkap Tuntutan Rahasia Purnawirawan Soal Jokowi
Agus menambahkan bahwa Rustiwan sudah beberapa kali ikut dalam kegiatan serupa dan dikenal oleh para personel di lokasi.
“Dia bukan baru sekali kerja seperti ini. Sudah biasa. Jadi sangat menyakitkan bagi kami jika disebut seperti itu di media,” katanya lirih.
Tuntut Klarifikasi dan Hargai Korban
Pihak keluarga meminta klarifikasi dari pihak berwenang dan media, agar tidak menciptakan narasi keliru yang menyudutkan para korban.
Mereka juga meminta penghargaan terhadap para korban yang telah kehilangan nyawa dalam tugas berisiko tinggi.
Baca Juga: Kasus Ratusan Siswa Keracunan MBG di Bogor, Hasil Laboratoriun Temukan Dua Bakteri Ini