Anwar menyebutkan, dari total luas konsesi sebesar 167.912 hektare, perusahaan hanya mengembangkan tanaman eukaliptus di sekitar 46 ribu hektare. Sementara, sebagian besar area lainnya dipertahankan sebagai kawasan lindung dan konservasi.
Ia juga menegaskan bahwa audit menyeluruh telah dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada periode 2022–2023.
Audit tersebut, menurut perusahaan, menyimpulkan bahwa TPL telah mematuhi seluruh ketentuan yang berlaku dan tidak ditemukan pelanggaran terhadap aspek lingkungan maupun sosial.
Baca Juga: Bank Dunia Ingatkan Banjir Sumatra Berisiko Picu Penurunan Pertumbuhan Ekonomi
"Mengenai tuduhan deforestasi, kami tegaskan bahwa perseroan melakukan operasional pemanenan dan penanaman kembali di dalam konsesi berdasarkan tata ruang, Rencana Kerja Umum (RKU), dan Rencana Kerja Tahunan (RKT) yang telah ditetapkan pemerintah," ujar Anwar.
Meski demikian, konflik agraria dan isu lingkungan tetap menjadi bagian dari sejarah panjang perusahaan sejak awal berdiri.
Jejak Panjang dan Kontroversi PT TPL
PT Toba Pulp Lestari Tbk sebelumnya dikenal dengan nama PT Inti Indorayon Utama Tbk (INRU), perusahaan pulp yang berdiri pada 26 April 1983 dan mulai beroperasi secara komersial pada 1 April 1989.
Perusahaan ini didirikan oleh pengusaha Sukanto Tanoto dan berbasis di Sumatra Utara. Kantor pusatnya berlokasi di Uniplaza, Medan, sementara fasilitas pabrik berada di Desa Pangombusan, Kecamatan Parmaksian, Kabupaten Toba.
Sejak awal operasionalnya, kehadiran perusahaan kerap memicu penolakan masyarakat lokal.
Sejumlah komunitas menilai aktivitas perusahaan telah menggeser ruang hidup warga dan memicu konflik lahan berkepanjangan.
Struktur kepemilikan perusahaan juga mengalami beberapa kali perubahan. Hingga akhir 2021, pemegang saham utama TPL adalah Pinnacle Company Pte Ltd, yang mengakuisisi saham mayoritas pada akhir 2007.
Baca Juga: AMAN: Tindakan PT Toba Pulp Lestari Terhadap Masyarakat Adat Sihaporas Tak Bisa Ditolerir
Pada akhir 2025, kendali perusahaan kembali berpindah ke Allied Hill Limited yang berbasis di Hong Kong dan masih terafiliasi dengan jaringan bisnis Sukanto Tanoto.
Siapa Joseph Oetomo?
Nama Joseph Oetomo belakangan mencuat seiring perubahan pengendalian saham PT Toba Pulp Lestari. Sosok ini menjadi sorotan di kalangan investor pasar modal hingga aktivis lingkungan.
Artikel Terkait
Pekerja PT Toba Pulp Lestari dan Masyarakat Adat Sihaporas Bentrok, Puluhan Warga Luka-Luka
Aman Sebut Penyerangan Terhadap Masyarakat Adat Sihaporas Dipicu Tindakan Arogan PT Toba Pulp Lestari
AMAN: Tindakan PT Toba Pulp Lestari Terhadap Masyarakat Adat Sihaporas Tak Bisa Ditolerir
Empat Dekade Perlawanan, Warga Batak Tak Henti Lawan PT Toba Pulp Lestari
Luhut Binsar Pandjaitan Bantah Miliki PT Toba Pulp Lestari, Perusahaan Diduga Biang Kerok Bencana Sumatra