• Minggu, 21 Desember 2025

Paling Parah Terdampak Banjir Bandang, Ini 5 Fakta Penting Aceh Tamiang yang Jarang Diketahui

Photo Author
- Minggu, 7 Desember 2025 | 11:37 WIB
Masjid di Desa Sekumur yang masih tetap kokoh berdiri pasca banjir bandang menerjang wilayah Aceh Tamiang (Foto: Facebook/MeldiyaReza)
Masjid di Desa Sekumur yang masih tetap kokoh berdiri pasca banjir bandang menerjang wilayah Aceh Tamiang (Foto: Facebook/MeldiyaReza)

KONTEKS.CO.ID - Kerusakan besar akibat banjir bandang yang menghantam Aceh Tamiang pada Rabu, 26 November 2025 lalu membuat wilayah ini disebut sebagai daerah dengan dampak terparah di Provinsi Aceh.

Rumah warga rata dengan tanah, desa-desa hilang tersapu arus, dan akses menuju lokasi lumpuh total selama berhari-hari.

Laporan awal menggambarkan situasi mencekam. Bangkai sapi dan kambing berserakan di jalan, sementara sejumlah korban ditemukan tertimbun lumpur.

Baca Juga: Kisah Pilu Desa Sekumur di Aceh Tamiang: Lenyap Sekejap Disapu Air Bah, Kini Hanya Tersisa Masjid Kokoh Berdiri

Memasuki malam hari, sebagian wilayah berubah menjadi gelap gulita tanpa listrik dan tanpa aktivitas warga hingga dijuluki 'kota zombie'.

Jaringan komunikasi terputus, air bersih tidak tersedia, dan banyak warga terpaksa bertahan hidup dengan meminum air parit atau sisa genangan banjir.

Akses bantuan pun baru terbuka setelah delapan hari. Pada Kamis, 4 Desember 2025, bantuan pertama dari pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten berhasil masuk, membawa 30 ton sembako dan obat-obatan ke titik-titik pengungsian.

Di balik tragedi ini, Aceh Tamiang memiliki sejarah, kondisi sosial, dan karakteristik wilayah yang penting untuk dipahami.

Berikut lima fakta penting terkait Aceh Tamiang, daerah yang kini menjadi pusat perhatian nasional;

1. Asal-usul Nama Tamiang

Mengutip laman Wikipedia, nama Tamiang memiliki akar legenda mengenai istilah Te-Miyang atau Da-Miyang yang berarti 'kebal miang bambu'.

Cerita ini merujuk pada kisah Raja Tamiang, Pucook Sulooh, yang ditemukan saat bayi di rumpun bambu betong (bulooh).

Baca Juga: Air Mata di Pengungsian Aceh Tamiang, Ferry Irwandi Ungkap Kondisi Pilu Para Korban: Siapapun Tolong Bantuannya!

Setelah dinobatkan sebagai raja, ia diberi gelar 'Pucook Sulooh Raja Te-Miyang', merujuk pada kisah penemuannya yang tak tersentuh rasa gatal dari rebung bambu.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rizki Adiputra

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X