• Senin, 22 Desember 2025

Ini Pandangan Aljabar Strategic Soal Tobat Nasuha Terkait Bencana Cak Imin Vs Doli Kurnia

Photo Author
- Kamis, 4 Desember 2025 | 08:58 WIB
Gelondongan kayu dari penebangan hutan yang diduga ilegal terbawa derasnya banjir bandang di Pulau Sumatra. Institut USBA memprediksi hal ini bisa terjadi di Papua. (Foto:  X.com @satyaXBT)
Gelondongan kayu dari penebangan hutan yang diduga ilegal terbawa derasnya banjir bandang di Pulau Sumatra. Institut USBA memprediksi hal ini bisa terjadi di Papua. (Foto: X.com @satyaXBT)
 
KONTEKS.CO.ID – Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, Arifki Chaniago, mengatakan, pernyataan Menko Pemberdayaan Manusia (PM) Muhaimin Iskandar (Cak Imin) versus Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Ahmad Doli Kurnia soal bencana perlu dimaknai secara luas.
 
Arifki pada Kamis, 4 Desember 2025, menyampaikan, pernyataan Cak Imin dan Doli tersebut merupakan kompetisi narasi di tengah maraknya partai politik turun memberi bantuan bencana, terbaru di Pulau Sumatera.
 
Ia menilai, bukan hanya memperebutkan persepsi publik melalui pemberian bantuan, tetapi juga makna siapa yang terlihat paling peduli dan yang paling hadir di tengah bencana. 
 
 
“Dalam situasi bencana, politik bergerak seperti arus deras. Semua parpol turun cepat dengan membawa bantuan, atribut, hingga dokumentasi,” ujarnya.
 
Menurunya, itu cara parpol menunjukkan kedekatan dengan publik.
Pernyataan Doli dan Cak Imin memperlihatkan bagaimana elite berusaha menata narasi agar posisi mereka tidak tenggelam oleh banjir simbol.
 
Ucapan Cak Imin agar tiga menteri melakukan "tobat" nasuha “, lanjut Arifki, adalah upaya membingkai pemerintah agar lebih responsif.
 
 
Sementara itu, respons Doli meminta Cak Imin lebih fokus kepada kepedulian terhadap masyarakat dan meminta sesama menteri tidak saling menyalahkan, itu bentuk counter-framing.
 
“Berusaha menjaga agar diskursus tetap berada di jalur teknokratis, bukan moralistik,” katanya.
 
Arifki menilai pernyataan kedua petinggi parpol dan juga pejabat publik tersebut seperti dua cara memadamkan api. 
 
 
Cak Imin membawa sirene agar semua orang sadar ada ‘api’ di kinerja pemerintah. Adapun Doli membawa selang air, mengingatkan bahwa yang dibutuhkan sekarang adalah tindakan, bukan gema sirene.
 
“Dua-duanya masuk akal dilihat dari peran masing-masing,” ujarnya.
 
Menurutnya, komentar elite adalah ‘bahasa lisan’. Keduanya saling melengkapi dalam persaingan membentuk persepsi publik.***
 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Setiawan Konteks

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X