• Minggu, 21 Desember 2025

Walhi Ungkap 7 Perusahaan Jadi Biang Kerok Banjir Tapanuli: Astra, Agincourt, dan Tanoto Terlibat?

Photo Author
- Senin, 1 Desember 2025 | 11:18 WIB
 Banjir bandang Tapanuli dipicu kerusakan hutan, Walhi soroti 7 perusahaan tambang, PLTA, dan sawit. (Instagram @walhisumut)
Banjir bandang Tapanuli dipicu kerusakan hutan, Walhi soroti 7 perusahaan tambang, PLTA, dan sawit. (Instagram @walhisumut)

Baca Juga: BMKG Ungkap Daftar Wilayah Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang 1-2 Desember 2025, Simak Daerahnya

7 Perusahaan Jadi Biang Kerok Banjir Tapanuli

Dalam catatannya, WALHI menyebut tujuh perusahaan yang diduga memicu degradasi ekologis tersebut, diantaranya:

  1. PT Agincourt Resources (pengelola Tambang Emas Martabe)
  2. PT North Sumatera Hydro Energy atau NSHE (PLTA Batang Toru)
  3. PT Pahae Julu Micro-Hydro Power
  4. PT SOL Geothermal Indonesia
  5. PT Toba Pulp Lestari Tbk atau TPL
  6. PT Sago Nauli Plantation
  7. PTPN III Batang Toru Estate.

Baca Juga: HP Kamera Selfie Resolusi Tinggi dengan Harga Terjangkau, Pilihan Murah Tapi Kualitas Tetap Oke

Astra dan Perusahaan Sukanto Tanoto Terlibat?

Kerusakan paling tampak berasal dari operasi pertambangan dan pembangkit listrik di kawasan hulu.

Tambang emas Martabe, yang dikelola PT Agincourt Resources dan sejak 2018 mayoritas sahamnya dimiliki PT Danusa Tambang Nusantara (bagian dari Astra) bersama konsorsium yang terkait dengan Garibaldi Thohir, mengubah sekitar 300 hektare tutupan hutan dan lahan di DAS Batang Toru selama 2015–2024.

"Agincourt. Bukan hanya Astra. Di belakangnya berdiri jaringan modal besar Jardine Matheson, perusahaan raksasa yang menguasai banyak bisnis di Asia," tulis Instagram @walhisumut yang dilansir Senin, 1 Desember 2025.

Baca Juga: Persija Kena Denda Lagi Rp25 Juta, Total Tembus Rp190 Juta: Gara-Gara Suporter, Deretan Sanksi Menumpuk

"Emas yang diambil dari tanah Batang Toru mengalir ke kantong mereka, sementara warga sekitar justru hidup dalam bayang-bayang bencana ekologis."

Lokasi fasilitas penampungan tailing berada sangat dekat dengan Sungai Aek Pahu yang mengaliri Desa Sumuran.

Warga, menurut Walhi, sudah lama mengeluhkan air yang keruh setiap musim hujan sejak PIT Ramba Joring dibuka.

Di sisi lain, PLTA Batang Toru yang dijalankan PT NSHE, proyek energi yang sejak awal menuai penolakan akademisi dan organisasi lingkungan karena berdiri di habitat genting orangutan Tapanuli, turut meninggalkan jejak besar.

Proyek ini menebangi lebih dari 350 hektare hutan di sepanjang 13 kilometer aliran sungai.

Baca Juga: Fakta Baru Kecelakaan Gary Iskak: Lokasi Disebut Rawan, Warga Akui Insiden Sudah Berulang Pekan Ini

Selain memicu sedimentasi tinggi dari limbah galian terowongan, proyek ini juga memengaruhi fluktuasi debit air yang mengganggu kehidupan sungai.

Rekaman luapan Sungai Batang Toru di Jembatan Trikora yang menunjukkan gelondongan kayu dalam jumlah besar diduga kuat berasal dari lokasi pembangunan infrastruktur PLTA.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rat Nugra

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X