• Minggu, 21 Desember 2025

Orang Tua Wajib Waspada, Densus 88 Sebut Ratusan Anak Diduga dari 23 Provinsi Direkrut Jadi Teroris

Photo Author
- Selasa, 18 November 2025 | 13:42 WIB
Karopenmas Divhumas Polri Brigjen Pol Trunoyudo Wisnu Andiko soal anak-anak yang direkrut masuk jaringan terorisme  (Humas Polri)
Karopenmas Divhumas Polri Brigjen Pol Trunoyudo Wisnu Andiko soal anak-anak yang direkrut masuk jaringan terorisme (Humas Polri)


KONTEKS.CO.ID - Ya, orang tua memang wajib waspada. Pasalnya, Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri mengungkapkan ada 110 anak berusia 10 hingga 18 tahun diduga direkrut masuk ke dalam jaringan terorisme.

Karopenmas Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Trunoyudo Wisnu Andiko mengatakan, ratusan anak tersebut berasal dari 23 provinsi di Indonesia.

"Hingga saat ini, Densus 88 AT Polri mencatat ada sekitar 110 anak-anak yang memiliki usia antara 10 hingga 18 tahun, tersebar di 23 provinsi yang diduga terekrut oleh jaringan terorisme," ungkapnya dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa 18 November 2025.

Baca Juga: Norwegia Sempurna di Kualifikasi, Haaland Siap Bikin Kejutan di Piala Dunia 2026

Kuat dugaan, mereka direkrut dalam jaringan terorisme melalui media sosial (medsos).

Terkait hal itu, Polri telah menangkap dua tersangka dewasa di wilayah Sumatra Barat dan Jawa Tengah.

Perannya, perekrut dan pengendali komunikasi kelompok yang diduga mengelola grup media sosial tertutup yang menjadi ruang rekrutmen dan komunikasi internal.

Adapun modusnya, perekrutan melalui medsos yang banyak digunakan remaja.

Baca Juga: Gubernur BI Sebut Redenominasi Rupiah Butuh Waktu 6 Tahun, Ini Tahapannya

Awalnya, mereka menyebarkan propaganda melalui Facebook, Instagram, dan game online.

"Setelahnya, mereka yang dianggap target potensial akan dihubungi secara pribadi atau japri melalui platform yang lebih tertutup seperti WhatsApp atau Telegram," jelasnya.

Untuk materinya, dikemas semenarik mungkin melalui video pendek, animasi, meme, hingga musik sehingga tercipta kedekatan emosional dan memicu ketertarikan ideologis.

Menurut Trunoyudo, anak-anak sangat rentan terpengaruh. Ada sejumlah faktor yang jadi penyebab, seperti bullying, kondisi keluarga broken home, kurang perhatian orang tua, hingga minimnya literasi digital dan pemahaman agama.***

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Lopi Kasim

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X