Belajar dari Ulama Dunia
Selama di Tanah Suci, Syaikhona Kholil memperdalam berbagai disiplin ilmu seperti fiqih, tafsir, hadis, tasawuf, hingga bahasa Arab klasik.
Ia berguru kepada sejumlah ulama besar seperti Syekh Nawawi al-Bantani, Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, dan Syekh Utsman bin Hasan Ad-Dimyathi.
Dari para guru besar inilah, Syaikhona Kholil kemudian membawa semangat ilmu dan dakwah untuk membangun umat di Tanah Air.
Mendirikan Pesantren Kademangan
Sekembalinya ke Indonesia, Syaikhona Kholil mendirikan Pesantren Kademangan Bangkalan, yang kemudian berkembang menjadi salah satu pusat pendidikan Islam terbesar di Madura.
Baca Juga: Prabowo Resmi Tetapkan Soeharto Jadi Pahlawan Nasional, Ini Jasanya
Dari pesantren inilah lahir banyak ulama besar yang kelak berperan penting dalam perjuangan bangsa.
Gelar “Syaikhona”, yang disematkan kepadanya, merupakan bentuk penghormatan tertinggi di kalangan masyarakat Madura — diberikan hanya kepada ulama yang sangat dihormati, baik karena ilmu maupun akhlaknya.
Wafat dan Warisan Abadi
Syaikhona Muhammad Kholil wafat pada tahun 1925 dalam usia sekitar 105 tahun.
Ia dimakamkan di Bangkalan, dan hingga kini, makamnya menjadi tempat ziarah ribuan orang setiap tahun.
Warisan ilmunya terus hidup melalui para santri dan ulama yang meneruskan perjuangannya.
Gelar Pahlawan Nasional ini bukan sekadar penghargaan, tapi juga pengingat akan peran besar para ulama dalam membangun dasar keilmuan, moral, dan spiritual bangsa Indonesia.***
Artikel Terkait
Jika RUU KUHAP Tak Disahkan Hingga 1 Januari 2026 , Apakah KUHP Baru Bisa Berlaku? Ini Penjelasan Wamenkum Eddy Hiariej
Prabowo Resmi Tetapkan Soeharto Jadi Pahlawan Nasional, Ini Jasanya
Berkas Nadiem Makarim dan 3 Tersangka Kasus Laptop Chromebook Dilimpahkan Kejagung ke Kejari Jakpus, Segera Disidang
Jika Soeharto Pahlawan Nasional, Bagaimana dengan Mahasiswa yang Gugur di Trisakti dan Semanggi?
Puji Prabowo Angkat Soeharto Jadi Pahlawan Nasional, Mbak Tutut: Beliau Tahu yang Dilakukan Bapak