Temuan dalam survei (2023) menunjukkan bahwa terdapat 24,2 persen remaja dalam kategori intoleran pasif, 5 persen dari mereka intoleran aktif dan 0,6 persen lainnya terpapar ideologi ekstremisme.
Dalam survei tersebut, meskipun toleransi di kalangan remaja SMA tinggi yaitu 70,2 persen, tadi terjadi peningkatan cukup tajam pada kategori intoleran aktif dibandingkan survei serupa sebelumnya pada 2016, dari 2,4 persen menjadi 5,0 persen, dan pada kategori terpapar dari 0,3 persen menjadi 0,6 persen.
"Dalam pandangan SETARA Institute, sejauh ini agenda dan program pencegahan yang dilakukan untuk mengatasi tantangan percepatan intoleran aktif dan remaja terpapar belum efektif dan cenderung melemah dalam pemerintahan Prabowo Subianto, yang barangkali dipengaruhi oleh fakta objektif 'nol serangan teroris' dan program efisiensi dalam tata kelola anggaran," tuturnya.
"Kejadian di SMA 72 Jakarta merupakan peringatan keras bahwa pencegahan ekstremisme kekerasan harus selalu ditempatkan sebagai program prioritas," kata Halili memungkasi.
Artikel Terkait
Korban Ledakan SMAN 72 Bertambah Jadi 55 Orang, Pemprov DKI Tanggung Biaya Perawatan RS
Sempat Bikin Heboh, Senjata di TKP Ledakan SMAN 72 Kelapa Gading Jakarta Utara Ternyata Hanya Mainan
Kapolri Ungkap Terduga Pelaku Ledakan SMAN 72 Jakarta Sudah Diamankan
Korban Ledakan SMAN 72 Kelapa Gading Bertambah Jadi 96 Orang, Satu Kritis
Polisi Temukan Serbuk Diduga Bahan Peledak di Rumah Terduga Pelaku Ledakan SMAN 72 Kelapa Gading