"Kan kita bisa lihat, kalau produksi mobil dan produksi motor berkurang, otomatis produksi ban juga berkurang," beber Said Iqbal.
"Kenapa produksi mobil dan motor berkurang? Karena daya beli masyarakat berkurang," katanya lagi.
PHK di pabrik Michelin ini, baginya, adalah bukti konkret bahwa masyarakat kini lebih memprioritaskan bertahan hidup ketimbang membeli barang-barang sekunder seperti kendaraan baru.
Di tingkat pabrik, situasi kini memanas. Para pekerja yang di-PHK secara mendadak tidak tinggal diam.
Said Iqbal menegaskan bahwa serikat pekerja di internal perusahaan telah bergerak untuk beraudiensi dengan manajemen.
Awalnya, para karyawan menolak keras keputusan sepihak tersebut dan mendesak agar bisa dipekerjakan kembali.
Baca Juga: Kupas Masalah Ketenagakerjaan, Tak Bayar PHK Tindak Pidana? Ini Kata Pakar
Hingga Jumat malam, proses perundingan antara serikat pekerja dan perusahaan masih berjalan buntu.
Harapan bagi 280 pekerja itu menipis karena manajemen dilaporkan bersikeras pada keputusannya.
"Karena dipemberitahuan PHK-nya mendadak secara sepihak... serikat pekerjanya menolak. Ini sekarang lagi brunding nih, tapi perusahaan tetap ngotot mau PHK," ujar Said Iqbal.***
Artikel Terkait
Nestle akan Pangkas 16 Ribu Pekerjaan, Siap-Siap PHK Massal
Pizza Hut Bangkrut! 68 Restoran Ditutup, Ribuan Pekerja Terpaksa Angkat Kaki di-PHK
Amazon PHK 14.000 Karyawan Korporat, AI Generatif Jadi Alasan di Balik Langkah Besar Ini
Duh, Produsen Sepatu Nike di Indonesia Lakukan PHK 1.800 Pekerja
Kupas Masalah Ketenagakerjaan, Tak Bayar PHK Tindak Pidana? Ini Kata Pakar