Baca Juga: Eks Rektor Unsrat Ditahan, Diduga Terlibat Korupsi Proyek Gedung Fakultas Rp2,2 Miliar
Namun, di balik prestise proyek tersebut, beban keuangan Whoosh menjadi masalah besar. Total utang Whoosh kini mencapai Rp116 triliun setelah pembengkakan biaya hingga 1,2 miliar dolar AS dari rencana awal 6,07 miliar dolar AS.
Dari jumlah itu, sekitar 75 persen dibiayai oleh pinjaman dari China Development Bank, sementara sisanya berasal dari modal konsorsium PT KCIC.
Kondisi ini membuat PT KAI, sebagai pemimpin konsorsium, menanggung kerugian besar hingga Rp951 miliar pada semester I 2025.
Direktur Utama KAI Bobby Rasyidin bahkan menyebut utang Whoosh ibarat “bom waktu” yang harus segera diantisipasi bersama BPI Danantara.
Baca Juga: Asa All Indonesian Final di Kejuaraan Dunia Junior 2025: Zaki dan Richie Tembus Final
Menanggapi situasi tersebut, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan bahwa pemerintah tidak akan menggunakan dana APBN untuk menutup utang Whoosh.
Ia menilai tanggung jawab itu berada di bawah Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) yang kini menaungi KCIC.
Menurut Purbaya, Danantara sudah memiliki sumber dividen hingga Rp80 triliun per tahun, sehingga dinilai mampu menutupi kewajiban tanpa campur tangan APBN.
"Jangan semua kita lagi yang tanggung. Ini harus dipisahkan antara swasta dan pemerintah,” tegasnya.
Sementara Jokowi, dengan senyum khasnya, tampaknya memilih menunggu waktu yang tepat untuk menanggapi proyek yang dulu menjadi kebanggaan sekaligus tantangan besar bagi Indonesia.***
Artikel Terkait
Purbaya Tegaskan APBN Tak Akan Tanggung Utang Whoosh, Danantara Diminta Ambil Alih Skema Pembiayaan Baru
Mahfud MD Puji Keputusan Purbaya soal Utang Whoosh, Spill Dugaan Mark Up dan Masalah Hukum
Hubungan Menkeu Purbaya dan Luhut Makin Panas, LBP: Bayar Utang Whoosh, Siapa yang Minta Duit APBN?
Pertemuan Panas Bahas Utang Whoosh, Purbaya vs Danantara vs KAI: Ini Bom Waktu!
Luhut Ungkap Beban Utang Whoosh Masih Berat: Saya Terima Sudah Busuk