Ketika kelas menengah makin sulit memenuhi kebutuhan harian, sementara pejabat terlihat hidup berlebihan, jurang ketidakpuasan pun semakin dalam.
Fenomena ini diperparah dengan data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang menunjukkan menurunnya Indeks Menabung Konsumen (IMK).
Pada Juli 2025, IMK turun ke level 82,2, seiring dengan makin banyaknya masyarakat kelas menengah yang harus "makan tabungan" untuk biaya rutin, termasuk pendidikan anak.
Direktur Group Riset LPS, Seto Wardono, menjelaskan bahwa pelemahan niat menabung paling terasa di kelompok berpendapatan Rp3 juta–Rp7 juta dan di atas Rp7 juta per bulan.
Sebaliknya, kelompok berpendapatan rendah justru mencatatkan peningkatan niat menabung.
Baca Juga: Tebing Curam Dijadikan Ladang Ganja, Pelaku Mengaku Belajar Cara Tanam dari YouTube
Dengan semakin beratnya beban ekonomi, terbatasnya ruang kebijakan, dan menguatnya kesenjangan sosial, masyarakat kelas menengah menjadi kelompok yang paling cepat tersulut untuk turun ke jalan.
Mereka memiliki akses terhadap informasi dan internet, sehingga mudah termobilisasi.
LPEM FEB UI menyimpulkan, demo Agustus 2025 bukan sekadar gejolak sesaat, melainkan peringatan keras bahwa kelas menengah, tulang punggung ekonomi Indonesia, sedang berada di ambang krisis kepercayaan terhadap negara.***
Artikel Terkait
Jejak Kerusuhan Politik di Indonesia dari Anarkisme Reformasi 1998 Hingga Demo Algoritma 2025
Demo Besar 5 September 2025 di DPR, Suarakan 17 Plus 8 Tuntutan Rakyat: Selamatkan Indonesia!
Laras Faizati Dipecat AIPA, Jadi Tersangka Gegara Unggahan Kritik Penanganan Demo Padahal Tak Ikut Aksi
17 Plus 8 Tuntutan Rakyat Jadi Deadline, Demo SelamatkanIndonesia Guncang DPR 5 September 2025
Laras Faizati Desak Restorative Justice: Kasus Hasutan Demo Dinilai Tanpa Dampak Nyata
Korban Tewas Demo Agustus Betot Perhatian Internasional, Prabowo Harus Segera Bentuk TGPF