• Senin, 22 Desember 2025

Menguak Anarko, dari Stigma Perusuh hingga Jejak Sejarah yang Terlupakan di Indonesia

Photo Author
- Senin, 1 September 2025 | 12:28 WIB
 Anarko, anarkisme, stigma atau sejarah? (X @romario_aja)
Anarko, anarkisme, stigma atau sejarah? (X @romario_aja)

Sayangnya, di Indonesia istilah anarko kerap mengalami peyorasi. Ia lebih sering direduksi menjadi label bagi perusuh, perusak, atau pembuat onar setiap kali aksi massa berujung ricuh.

Padahal, dalam sejarah pergerakan global maupun lokal, anarkisme memiliki tradisi intelektual dan praksis politik yang jauh lebih luas daripada sekadar stigma kekacauan.

Baca Juga: Hari Ini, KPK Panggil Eks Menag Yaqut Cholil Terkait Dugaan Korupsi Haji Rp1 Triliun Lebih

Polisi Soroti Pengaruh Luar Negeri

Polisi meyakini kelompok ini berkembang lantaran ada dukungan dan pengaruh dari luar negeri. Meski begitu, sejauh ini aparat melihat gerakan ini masih bersifat lokal, tidak terafiliasi dengan organisasi internasional.

“Meminjam, istilahnya meminjam nama yang sudah trending di dunia internasional. Pola-polanya juga seperti itu, kan. Masih didalami semuanya, makanya kita enggak buru-buru,” ujar Dedi, perwira kepolisian.

Menurut pantauan kepolisian, perkembangan kelompok ini di Indonesia baru berlangsung beberapa tahun terakhir, terutama tumbuh subur di Bandung dan Yogyakarta.

Publik barangkali masih ingat insiden aksi May Day tahun lalu di Yogyakarta yang diwarnai pembakaran pos polisi, pelemparan bom molotov, hingga spanduk provokatif bertuliskan: “Bunuh Sultan.”

Baca Juga: Bhima Yudhistira Sebut Demo Meluas Bukan Ditunggangi tapi Murni Kemarahan Publik atas Gagalnya Ekonomi

Jejak Anarkisme di Indonesia

Seorang aktivis yang mengetahui simpul gerakan Anarko Sindikalis di Bandung menyebut bahwa paham ini berkembang pesat sejak empat tahun terakhir di kalangan anak muda.

Namun, sebenarnya anarkisme bukanlah sesuatu yang benar-benar baru di Indonesia. “Gerakan ini tidak besar, tapi ada simpul-simpulnya,” ujar aktivis tersebut.

Meski sering dicap sebagai biang onar, anarkisme sudah hidup sejak era kolonial, mewarnai gerakan serikat buruh, marxisme, dan sosial-demokrat.

Banyak orang mengira anarkisme baru muncul di era komunitas punk sekitar 1980-an. Padahal jauh sebelumnya, ide-ide anarkis sudah menyatu dengan perjuangan rakyat.

Pasca-reformasi 1998, simpul-simpul ini tumbuh lebih subur dan makin besar setelah 2000-an.

Baca Juga: Hendri Satrio Desak Sahroni, Eko Patrio, Nafa Urbach, dan Uya Kuya Mundur Demi Redam Gejolak

Dari Stigma ke Realitas

Sayangnya, istilah anarko di Indonesia lebih sering dipakai aparat dan politisi sebagai label untuk mendiskreditkan kelompok perlawanan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rat Nugra

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X