Sayangnya, di Indonesia istilah anarko kerap mengalami peyorasi. Ia lebih sering direduksi menjadi label bagi perusuh, perusak, atau pembuat onar setiap kali aksi massa berujung ricuh.
Padahal, dalam sejarah pergerakan global maupun lokal, anarkisme memiliki tradisi intelektual dan praksis politik yang jauh lebih luas daripada sekadar stigma kekacauan.
Baca Juga: Hari Ini, KPK Panggil Eks Menag Yaqut Cholil Terkait Dugaan Korupsi Haji Rp1 Triliun Lebih
Polisi Soroti Pengaruh Luar Negeri
Polisi meyakini kelompok ini berkembang lantaran ada dukungan dan pengaruh dari luar negeri. Meski begitu, sejauh ini aparat melihat gerakan ini masih bersifat lokal, tidak terafiliasi dengan organisasi internasional.
“Meminjam, istilahnya meminjam nama yang sudah trending di dunia internasional. Pola-polanya juga seperti itu, kan. Masih didalami semuanya, makanya kita enggak buru-buru,” ujar Dedi, perwira kepolisian.
Menurut pantauan kepolisian, perkembangan kelompok ini di Indonesia baru berlangsung beberapa tahun terakhir, terutama tumbuh subur di Bandung dan Yogyakarta.
Publik barangkali masih ingat insiden aksi May Day tahun lalu di Yogyakarta yang diwarnai pembakaran pos polisi, pelemparan bom molotov, hingga spanduk provokatif bertuliskan: “Bunuh Sultan.”
Jejak Anarkisme di Indonesia
Seorang aktivis yang mengetahui simpul gerakan Anarko Sindikalis di Bandung menyebut bahwa paham ini berkembang pesat sejak empat tahun terakhir di kalangan anak muda.
Namun, sebenarnya anarkisme bukanlah sesuatu yang benar-benar baru di Indonesia. “Gerakan ini tidak besar, tapi ada simpul-simpulnya,” ujar aktivis tersebut.
Meski sering dicap sebagai biang onar, anarkisme sudah hidup sejak era kolonial, mewarnai gerakan serikat buruh, marxisme, dan sosial-demokrat.
Banyak orang mengira anarkisme baru muncul di era komunitas punk sekitar 1980-an. Padahal jauh sebelumnya, ide-ide anarkis sudah menyatu dengan perjuangan rakyat.
Pasca-reformasi 1998, simpul-simpul ini tumbuh lebih subur dan makin besar setelah 2000-an.
Baca Juga: Hendri Satrio Desak Sahroni, Eko Patrio, Nafa Urbach, dan Uya Kuya Mundur Demi Redam Gejolak
Dari Stigma ke Realitas
Sayangnya, istilah anarko di Indonesia lebih sering dipakai aparat dan politisi sebagai label untuk mendiskreditkan kelompok perlawanan.
Artikel Terkait
Polisi Duga 11 Orang Ditangkap Saat Demo di DPR, Anggota Kelompok Anarko
Aksi Ribuan Buruh di DPR Dibubarkan, Ini Alasannya
Polisi Larang Live TikTok saat Demo Buruh 28 Agustus, Nekat Langgar Siap-Siap Kena Sanksi
Presiden Partai Buruh Bela Mahasiswa dan Pelajar yang Ikut Demonstrasi 28 Agustus
Massa Buruh Bubar, Giliran Mahasiswa yang Geruduk Gedung DPR, Apa Tuntutannya?