• Senin, 22 Desember 2025

Menguak Anarko, dari Stigma Perusuh hingga Jejak Sejarah yang Terlupakan di Indonesia

Photo Author
- Senin, 1 September 2025 | 12:28 WIB
 Anarko, anarkisme, stigma atau sejarah? (X @romario_aja)
Anarko, anarkisme, stigma atau sejarah? (X @romario_aja)

KONTEKS.CO.ID - Polisi menangkap 15 peserta aksi unjuk rasa di depan Gedung DPR/MPR RI, Jakarta, pada Senin 25 Agustus 2025 lalu.

Bentrokan terjadi antara massa dengan aparat di gerbang utama. Dari jumlah itu, empat orang masih berstatus pelajar SMA/SMK, sementara 11 lainnya disebut polisi sebagai kelompok anarko.

Meski begitu, motif dan pola gerakan kelompok ini masih terus diselidiki lebih lanjut.

Baca Juga: Sosok Tonny Sumartono, Suami Sri Mulyani Jadi Penopang Saat Rumah Dijarah dan Desakan Mundur Meningkat 

Dari Aksi Ricuh ke Stigma Anarko

Istilah “anarko” kembali mencuat setelah kericuhan dalam aksi demo pada 28 hingga 31 Agustus 2025.

Kelompok berpakaian serba hitam yang muncul di tengah massa buruh langsung dituding sebagai biang kerusuhan. Publik pun semakin sering mengaitkan kata anarko dengan kekacauan dan tindakan anarkis.

Namun, sejumlah sejarawan menilai stigma tersebut keliru. “Anarkisme bukan tentang kekacauan. Ini tentang keteraturan tanpa paksaan,” ujar Semaun dari Asosiasi Sejarawan Anti-Otoritarian.

Baca Juga: Gucci hingga Balenciaga Kosongkan Gerai di Senayan, Tutup Sementara Imbas Isu Demo 1-5 September 2025

Netizen di media sosial pun ikut menuliskan komenternya, sepertii akun X @romario_aja pada 31 Agustus 2025.

"Mereka hampir selalu muncul dalam setiap kerusuhan. Ciri-cirinya jelas:

  • Selalu mengenakan pakaian serba hitam atau warna gelap dengan masker menutupi wajah.
  • Bergerak dalam kelompok kecil yang solid.
  • Menunjukkan keberanian luar biasa di garis depan.
  • Tidak tertarik mengambil barang jarahan, melainkan memicu aksi perusakan dan membuka jalan bagi penjarahan."

Unggahan ini ramai diperbincangkan warganet karena dianggap menggambarkan pola khas kelompok anarko dalam aksi-aksi unjuk rasa yang berujung ricuh.

Baca Juga: Curhat Sri Mulyani Usai Rumah Dijarah, Didemo, dan Didesak Mundur: Bismillah...

Dalam literatur sosial-politik, anarkisme dipahami sebagai gagasan yang menolak penindasan, hierarki, dan otoritarianisme.

Gerakan ini punya banyak wajah: mulai dari anarcho-sindikalis yang berfokus pada perjuangan buruh, anarcho-pasifis yang menolak kekerasan, hingga anarcho-punk yang menjadikan musik sebagai medium perlawanan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rat Nugra

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X